• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Pendidikan

Unisma Gelar Pelatihan Seni Olahraga Panahan Tradisional Jemparingan

Unisma Gelar Pelatihan Seni Olahraga Panahan Tradisional Jemparingan
Laskar Panjisuryanegara (Laku Sedherekan Jemparingan Panah Jiwa Sejati Hurip Mulya Maneges Anjining Rasa), pemateri Pelatihan Seni Olahraga Panahan Tradisional Jemparingan. (Foto: NOJ/humas)
Laskar Panjisuryanegara (Laku Sedherekan Jemparingan Panah Jiwa Sejati Hurip Mulya Maneges Anjining Rasa), pemateri Pelatihan Seni Olahraga Panahan Tradisional Jemparingan. (Foto: NOJ/humas)

Malang, NU Online Jatim
Laskar Panjisuryanegara (Laku Sedherekan Jemparingan Panah Jiwa Sejati Hurip Mulya Maneges Anjining Rasa) selaku pemateri Pelatihan Seni Olahraga Panahan Tradisional Jemparingan. Laskar Panjisuryanegara memberikan materi dan pelatihan secara langsung kepada perwakilan mahasiswa dari setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) serta 19 orang peserta pertukaran mahasiswa dari berbagai daerah.


Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Pelaksana Rumah Budaya Universitas Islam Malang (Unisma). Pelatihan yang bertepatan dengan perayaan Hari Santri Nasional (HSN) dan Mauid Nabi Muhammad ini dilaksanakan di Gedung Utsman Bin Affan tepatnya di Hall Hasyim Asy’ari, Unisma, Sabtu (22/10/2022).


Pemateri, R. Kushariyono Arief Wibowo, S. Fil, atau lebih akrab dipanggil Wibbie Maharddhika menyampaikan materi dengan runtut, jelas, dan mendalam. Materi diawali profil singkat Laskar Panji Suryanegara, sejarah Jemparingan yang dipelopori oleh Sri Sultan Hamengkubowono 1, hingga tujuan dan filosofi dari setiap tindak tanduk dalam seni panahan Jemparingan.


“Jemparingan memiliki tiga landasan nilai, diantaranya landasan spiritual ditunjukkan dalam kegiatan memanah yang dalam bahasa Jawa berarti mengelola keadaan jiwa manusia,” katanya.


Menurutnya, Jemparingan juga mengandung gerakan meditatif yang secara medis terbukti membantu menyembuhkan penyakit melalui penyeimbangan bioenergi. Kedua adalah landasan pelestarian budaya Nusantara, sebagai bagian dari budaya kraton, Jemparingan merupakan bagian dari pembentukan karakter Ksatria Pinandhita, yaitu Sawiji yang bermakna fokus, Greged yang bermakna melakukan sesuatu dengan sepenuh hati, Sengguh dimaknai sebagai kepercayaan diri yang dibarengi dengan rendah hati, hingga Ora Mingkuh yang bermakna pantang menyerah dan dedikasi yang tinggi.


“Terakhir merupakan landasan agama, hal ini terwujud karena dalam agama Islam, memanah merupakan salah satu olahraga yang disarankan oleh Rasulullah SAW (disunnahkan) untuk diajarkan kepada anak-anak,” ungkapnya.


Acara dilanjut dengan praktek Jemparingan yang dicontohkan oleh Tim Laskar Panji Suryanegara dan diikuti oleh seluruh peserta pelatihan. Sebelum dimulai, peserta diajak untuk bermeditasi dan melantunkan doa afirmasi Jemparingan yang berbunyi:

Lurus Pikiranku, Leres Pangucapku, Laras Ragaku, Manunggal Jiwaku, Sumeleh Uripku. Napasku Roh Suci, Netraku Puja kelawan Puji, Panduluku Rasa Jati.

Duh Gusti, kanthi Sih Paduka, Dadosna obah mosiking manah lan lampah kawula, mligi wujud cipta rasa karsa ridha Paduka.

Pangeran Panjenengan Dandosi kula niki. Lahir batin sarana manah sae kang suci. Wening Dayaku, Wening Rasaku, Wening Ngelmuku, Wening Lakuku.


Kegiatan dilanjutkan dengan praktik tahap-tahap memanah dalam Jemparingan, mulai dari mengatur pernafasan, tata cara memegang Gandewa (busur panah), dan cara memasukkaan Jemparing (anak panah) ke Gandewa yang diiringi dengan gerakan yang anggun layaknya tarian.


Sementara dosen pembimbing kegiatan, Dr. Ifit Novita Sari, S. Sos. M. Pd dan semua peserta mengikuti arahan dari pemateri dengan antusias dan penuh khidmat. Acara ditutup dengan meditasi dan afirmasi syukur atas semua rahmat yang diberikan Allah.


Kegiatan pelatihan warisan luhur bangsa seperti ini merupakan sesuatu yang sangat diperlukan Indonesia sebagai salah satu negara dengan ragam budaya terbanyak di dunia. Generasi milenial selaku pemegang tongkat estafet pengembang budaya luhur Nusantara harus memahami serta mendalami budaya tersebut sebelum kelak menyebarluaskannya ke seluruh dunia.


Pendidikan Terbaru