• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 24 April 2025

Pustaka

Tabyinul ‘Ajab: Menyingkap Keutamaan dan Kontroversi Hadis Bulan Rajab

Tabyinul ‘Ajab: Menyingkap Keutamaan dan Kontroversi Hadis Bulan Rajab
Sampul kitab Tabyinul Ajab. (Foto: NOJ/ M Rufait Balya)
Sampul kitab Tabyinul Ajab. (Foto: NOJ/ M Rufait Balya)

Bulan Rajab adalah salah satu bulan istimewa dalam kalender Hijriah, termasuk di antara empat bulan mulia (asyhurul hurum) bersama Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Selain berbagai keutamaan dan ibadah yang dianjurkan, banyak ulama menyusun kitab khusus untuk membahasnya, salah satunya Tabyinul ‘Ajab Bima Warada fi Fadli Rajab karya Ibnu Hajar al-Asqalani.

 

Kitab ini menarik, karena ditulis oleh seorang pakar hadis terkemuka, penulis Fathul Bari (Syarah dari Shahih Bukhari). Ibnu Hajar, yang hidup antara 1372-1449 M, menyusun kitab ini atas permintaan murid-muridnya untuk mengkaji keutamaan, puasa, dan shalat di bulan Rajab, serta memilah hadis yang sahih dari yang lemah atau palsu.

 

Ibnu Hajar mendasarkan keutamaan Rajab pada Al-Qur’an di Surat At-Taubah ayat 36, yang menyebutkan empat bulan mulia dalam Islam, dan salah satunya termasuk bulan Rajab.

 

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

 

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dimuliakan. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Taubat Ayat 36).

 

Pada ayat tersebut di atas menggarisbawahi larangan berbuat zalim pada diri sendiri selama bulan-bulan mulia tersebut.

 

Pada awal pembahasan kitab ini menjelaskan beberapa makna kata Rajab dari segi isytiqaq atau akar kata,

 

قال ابن دحية: رجب. جمعه أرجاب، ورجبانات، وأرجبة وأراجب ورجابي

 

Artinya: Ibnu Dihyah berkata, "kata rajab jamaknya adalah arjab, rajabanat, arjabah, arajib, dan rajaba".

 

قال وله ثمانية عشر اسما: الأول: رجب؛ لأنه كان يرجب في الجاهلية، أي يعظم. الثاني: الأصم؛ لأنه ما كان تسمع فيه قعقعة السلاح. الثالث: الأصب؛ لأنهم كانوا يقولون: إن الرحمة تصب فيه. الرابع: رجم – بالميم – لأن الشياطين ترجم فيه. الخامس: الشهر الحرام. السادس: الحرم، لأن حرمته قديمة. السابع: المقيم؛ لأن حرمته ثابتة. الثامن:المعلى؛ لأنه رفيع عندهم. التاسع: الفرد، وهذا اسم شرعي. العاشر: منصل الأسنة، ذكره البخاري، عن أبي رجاء العطاردي. الحادي عشر: منصل الآل، أي الجواب وقع في شعر الأعشى. الثاني عشر: منزع الأسنة. الثالث عشر: شهر العتيرة؛ لأنهم كانوا يذبحون. الرابع عشر: المبرى. الخامس عشر: المعشعش. السادس عشر: شهر الله هذه ستة عشر: ثم ذكر ابن دحية. السابع عشر: سمي رجبا؛ لترك القتال: يقال. أقطع لله الرواجب. الثامن عشر: سمي رجبا؛ لأنه من الرواجب وهذان ليسا اسمين زائدين، بل هذا اختلاف في اشتقاق اسم رجب

 

Artinya: "Menurutnya rajab mempuyai 18 nama sebagai berikut:
1. Rajab (mulia, agung), karena orang-orang di masa Jahiliah mengagungkannya.
2. Al-Asham (tuli), karena di bulan ini tidak terdengar suara gemerincing senjata tajam dalam peperangan.
3. Al-Assab (berlimpah), karene mereka berkata: "Sesungguhnya rahmat dilimpahkan di bulan Rajab."
4. Rajam, karena setan dirajam atau dilaknat di bulan Rajab.
5. Syahruh haram (bulan yang suci).
6. Al-Haram (suci) karena kesucian atau keaguang bulan Rajab telah ditetapkan dari dulu.
7. Al-Muqim (yang mentap), karena kesucian bulan Rajab telah ditetapkan.
8. Al-Ma'ali (yang luhur), karena bulan Rajab itu mulia atau diagungkan mereka.
9. Al-Fardu (tunggal), dan ini adalah nama syar'i.
10. Munshal Asinnah (kepala tombak atau mata tombak), karena mereka mencopot kepala atau mata tombak mereka. Penamaan ini disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abi Raja' Al-'atharidi.
11. Munshal Āli, yakni jawaban. Penaman ini terdapat dalam Syi'ril A'sya.
12. Manza al-Asinnah, (mencabut mata tombak).
13. Al-'Atirah, (menyembelih), karena mereka menyembelih hewan.
14. Al-Mabari (meruncingi).
15. Al-Mu'asy'asy, (bersarang).
16. Syahrullah, bulan Allah.
17. Dinamakan Rajab karena orang-oran​​​​​g menin​​​​​​ggalkan peperangan. Dikatakan "Aqta'a lillahi ar-rawajib" memotong sendi ujung jari karena Allah.
18. Dinamakan dengan rajab karena berasal dari kata "rawajib". Kedua nama terakhir bukan nama tambahan, melainkan karena​​​​​​ perbedaan asal kata Rajab. (Ibnu Hajar Al-'Asqalani, Tabyinul 'Ajab bima Warada fi Syahri Rajab, [Madinah, Muassasah Qurthubah], hal. 21-22).

 

Secara garis besar, Tabyinul ‘Ajab membahas sejarah dan nama-nama bulan Rajab, keutamaannya, serta hadis-hadis yang berkaitan. Kitab ini juga mendalami kontroversi hadis-hadis seputar larangan berpuasa di Rajab dan memberikan penjelasan komprehensif yang tetap membuka ruang bagi perbedaan pendapat ulama.

 

Meskipun begitu, kitab ini memiliki kelebihan terutama dalam memaparkan ataupun menjelaskan hadits-hadits terkait keutamaan bulan Rajab, apakah hadits tersebut shahih, dhaif (lemah), ataupun maudhu' (palsu). Ini semua karena dipengaruhi oleh latar belakang penulis sebagai ahli hadits terkemuka.

 

Selain itu, banyak juga catatan kaki yang diberikan oleh Syekh Thariq bin ‘Iwadhullah sebagai muhaqqiqnya, sehingga dapat memberikan penjelasan baru bagi para pembaca.

 

Kitab ini merupakan karya yang tidak tebal hingga berjilid-jilid, sehingga membuat pembaca tidak bosan ataupun sulit untuk membacanya, akan tetapi kandungan samudra ilmunya sangat luas.

 

Identitas Kitab:

Judul: Tabyinul 'Ajab bima Warada fi Syahri Rajab
Penulis: Imam Ibnu Hajar Al-'Asqalani (w. 852 H/1449 M)
Muhaqqiq: Thariq bin ‘Iwadhullah
Penerbit: Muassasah Qurthubah
Tebal: 92 halaman


Pustaka Terbaru