• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Rehat

Cara Mbah Hasyim Menegur Menantu Soal Hari Raya

Cara Mbah Hasyim Menegur Menantu Soal Hari Raya
Memukul bedug saat hari raya adalah tradisi Islam di Nusantara. (Foto: NOJ/IP)
Memukul bedug saat hari raya adalah tradisi Islam di Nusantara. (Foto: NOJ/IP)

Oleh: Abdul Mun’im DZ*

Di lingkungan pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), banyak sekali ahli ilmu falak (astronomi). Memang seorang kiai tidak hanya menguasai satu ilmu, tapi lebih. Layak disebut generalis. Tidak sedikit ulama yang ahli ketabiban, falak, dan kanuragan, bahkan itu menjadi tradisi ulama pesantren.


KH Maksum Ali, Seblak Jombang, seorang ahli falak yang juga menulis kitab tentang falak. Sudah menjadi kelaziman bagi ahli falak untuk melakukan puasa dan lebaran sesuai hasil hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (observasi/melihat hilal)-nya sendiri.

 

Pada suatu hari sesuai dengan hasil perhitungannya, Kiai Maksum Ali memutuskan untuk ber-Idul Fitri sendiri yang ditandai dengan menabuh bedug bertalu-talu.

 

Mendengar keriuhan itu, sang mertua, Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari kaget. Setelah tahu duduk perkaranya, ia menegur.

 

"Hei, bagaimana kau ini, belum saatnya lebaran kok bedug-an duluan?”

 

Mendapat teguran dari mertuanya itu, Kiai Maksum segera menjawab dengan tawadlu (hormat),

 

“Ya, Kiai, saya melaksanakan Idul Fitri sesuai dengan hasil hisab yang saya yakini ketepatannya.”

 

“Soal keyakinan, ya keyakinan, itu boleh dilaksanakan. Tetapi jangan woro-woro (diumumkan dalam bentuk tabuh bedug) mengajak tetangga segala,” gugat Mbah Hasyim, pendiri NU tersebut.

 

“Tetapi bukankah pengetahuan ini harus di-ikhbar-kan (diwartakan), Romo?” tanya Kiai Maksum.

 

“Soal keyakinan itu hanya bisa dipakai untuk diri sendiri, dan nabuh bedug itu artinya sudah mengajak, mengumumkan kepada masyarakat, itu bukan hakmu. Untuk mengumumkan kepastian Idul Fitri itu haknya pemerintah yang sah,” tutur Kiai Hasyim.

 

“Inggih (iya) Romo,” jawab Kiai Maksum setelah menyadari kekhilafannya. 

 

Adalah Wakil Sekretaris PBNU, dan kisah diceritakan kembali dari almaghfurlah KH Ghazalie Masroerie yang kala itu sebagai Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama


Editor:

Rehat Terbaru