• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Diperintah Kiai Jadi Kernet Bus, Usai Boyongan Diserbu Santri

Diperintah Kiai Jadi Kernet Bus, Usai Boyongan Diserbu Santri
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar menjelaskan keberkahan ikut perintah kiai. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar menjelaskan keberkahan ikut perintah kiai. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Tidak semua santri di pesantren mengisi hari-harinya dengan mengaji. Banyak di antara mereka yang disuruh kiainya untuk membangun pondok, menanam padi di sawah, hingga merawat sapi. Namun tidak sedikit dari mereka yang menjadi kiai atau orang sukses saat pulang.


"Penyebab santri itu sukses adalah adanya aliran yang disebut barakah sebab ridha guru," kata KH Marzuki Mustamar dalam sebuah kesempatan lailatul ijma' dan pengajian umum di masjid Al-Ikhlas, Tempel, Legok, Gempol, Pasuruan beberapa waktu berselang.


Hal itu juga sempat dialami kiai yang kini diamanahi sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur saat menuntut ilmu di pesantren. Prinsipanya adalah gandoli sarung kiai.


"Ada sarung kiai yang kotor saya cuci, piring di dalem numpuk saya bersihkan,"ujarnya.


Bahkan saat selesai ngaji malam, Kiai Marzuki disuruh menjadi kernet bus dari Poncokusumo sampai Malang.


“Itu ya saya lakukan karena perintah kiai,” sergahnya. Kala itu kiainya menyuruh sebagai kernet karena upah yang didapat dari menjadi kernet dapat dijadikan sebagai tambahan bekal, lanjutnya. 


Kiai Marzuki juga bercerita saat pertama boyong dari pesantren pada tahun 1990, dan tanpa diduga besoknya langsung banyak santri ngaji kepada dirinya.


"Barokahe dikongkon ngernet, muleh-muleh akeh santri teko ngaji teng kulo. Isuk bakdah subuh langsung faslun ngaji kitab cilik-ciliakan Riyadus Shalihin barang santrine ake ngaji kitab Ihya," ujarnya.


Lebih jauh, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang berharap kepada Nahdiyin atau warga NU untuk tetap ikut Nahdlatul Ulama. Sebab, ulama NU menjaga sanad keilmuan.


"Sanad ibarat kabel yang bisa menghidupkan lampu. Meskipun kamu ahli dalam bidang ilmu, namun tidak ada sanadnya percuma. Lebih baik sedikit ilmu, tetapi mempunyai sanad, dan lebih baik lagi banyak ilmu yang bersanad," pungkasnya.


Editor:

Rehat Terbaru