• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Rehat

Habib Syech: Hindari Penyerahan Santunan kepada Yatim secara Terbuka

Habib Syech: Hindari Penyerahan Santunan kepada Yatim secara Terbuka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau meminta agar acara santunan kepada yatim dilakukan tertutup. (Foto: NOJ/NU Network)
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau meminta agar acara santunan kepada yatim dilakukan tertutup. (Foto: NOJ/NU Network)

Ada sejumlah kegiatan khas saat memasuki bulan Muharram. Salah satunya adalah dengan memberikan santunan kepada yatim. Bahkan kegiatan ini seperti telah menjadi tradisi yang jarang ditemukan di kesempatan lain. Kalaupun ada penyerahan santunan, tidak semeriah kala bulan Muharram.

 

Namun demikian, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau yang lebih dikenal dengan Habib Syech meminta agar acara santunan kepada yatim dilakukan secara tertutup, tidak dengan terbuka. Hal ini perlu dilakukan guna menjaga hati dan mental yatim supaya tidak rendah diri dan malu.


"Acara anak yatim boleh kita adakan tapi secara tidak terbuka. (Jika) acaranya terbuka, silakan, (tapi) pembagian hadiah untuk si anak yatim itu diberikan simbolis saja, satu, yang lainnya nanti di kamar atau di rumah masing-masing, diantar, itu lebih mulia. Anak yatim jangan ‘dijualbelikan,’ walaupun yang sekarang saya yakin tidak ‘menjualbelikan,’ tidak," katanya dalam tayangan Habib Syech: Menyantuni Anak Yatim Sebaiknya Tertutup di Youtube NU Online.

 

Seperti sekarang ini, katanya, di bulan Muharram banyak orang yang mengumpulkan anak yatim lalu memberikan hadiah berupa amplop. Sesuai anjuran Nabi, mereka memberi amplop sambil mengusap kepala sang anak.

 

"Betul memang, dikatakan barang siapa yang mengusap kepalanya si anak ini tadi, dia akan dapat ampunan sebanyak rambut si anak ini tadi, kan gitu. Itu maksudnya kasih sayang, bukan terus kepalanya anak sekian ratus diusap semua," jelasnya.


Menurutnya, hal seperti itu membuat pusing dan itu memalukan. Apalagi jika dalam membantu mengumpulkan 100 anak anak yatim, misalnya, lalu dipamerkan di depan panggung.

 

"Nanti anak yatim diisuruh membaca puisi, ’ayah….,’ ya nangis semua, tikus yang duduk di situ ikut nangis, bukan manusia saja. Lah ini kadang diperalat, dipakai, tapi tidak semua, ya. Saya tidak mengatakan. Kalau saya mengatakan, dengan adanya ini, mari saya imbau untuk tidak membuat acara seperti itu," ungkapnya.


Ia tidak mau kalau sampai yatim dipamer-pamerkan dan membuat mental mereka down dengan pemberian ini. Akhirnya yatim itu menunggu tahun berikutnya, bulan Muharram tanggal 10 untuk mendapat pembagian lagi. 


Menurut pelantun Ya Hanana ini, yatim mestinya dididik sebagaimana hadits Nabi.

 

"Kata Rasulullah SAW ana wakāfilul yatīm fil jannah hākadza, saya dan orang yang mengurusi yatim itu berdampingan, gandengan di surga nanti," ungkapnya.

 

Menurut Habib Syech, mengurus yatim bukan sebatas memberi pesangon tiap tahun kepada mereka.

 

“Mengurusi ini bukan dengan memberi amplop saja, dididik mereka, diajar Qur’an, diajar ilmu, supaya nanti dia besar bisa bekerja, bisa membantu orang tuanya dan bisa hidup seperti orang-orang lain hidup, dan itu yang penting,” tegasnya.

 

Pria kelahiran Surakarta, 20 September itu mengakui, terkadang dirinya enggan datang di acara santunan yatim. Ia menceritakan, pernah datang ke santunan yatim. Ketika datang ia bertanya:

 

"Mana anak-anak?"

 

"Ini anak-anak yatimnya, ada 200,” jawab panitia.

 

"Masukkan kamar semua, biar mereka tidak malu," kata Habib Syech.


Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada yatim. Bukan dengan mempertontonkan mereka di depan khalayak.

 

“Jika (amplop) dibagikan satu-satu, masing-masing keluarga membawa amplop, lalu mengusap satu-persatu anak di panggung akan kurang elok,” tandasnya.


Rehat Terbaru