• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Rehat

Kisah Sahabat Miskin yang Diberi Amalan Rasulullah sehingga Kaya

Kisah Sahabat Miskin yang Diberi Amalan Rasulullah sehingga Kaya
Sahabat yang awalnya miskin akhirnya kaya dengan mendawamkan amalan dari Rasulullah. (Foto: NOJ/okezone.com)
Sahabat yang awalnya miskin akhirnya kaya dengan mendawamkan amalan dari Rasulullah. (Foto: NOJ/okezone.com)

Satu ketika seorang sahabat datang menghadap Rasulullah SAW. Kepadanya, sahabat itu mengeluhkan perihal kefakiran dan kesulitan hidup yang dihadapinya. Kiranya dengan mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah ia berharap akan mendapat jalan keluar agar ekonomi keluarganya dapat lebih baik di kemudian hari.


Mendengar aduan seperti itu Rasulullah lalu menyarankan kepada sahabatnya untuk melakukan satu amalan. “Ketika engkau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam bila di dalamnya ada orang. Bila tak ada maka ucapkanlah salam untuk dirimu sendiri. Setelah itu bacalah surat Al-Ikhlas satu kali.”


Mendapat amalan demikian sahabat ini melakukannya dengan penuh semangat. Setiap kali ia memasuki rumahnya ia mengucapkan salam lalu membaca surat Al-Ikhlas satu kali. Demikian ia lakukan terus menerus.


Pada akhirnya Allah melimpahkan banyak harta kepadanya. Sahabat itu kini terbebas dari kefakiran. Keluarganya kini hidup dalam gelimang harta. Begitu banyaknya harta yang dianugerahkan oleh Allah. Tidak hanya keluarganya, tetangga di sekitar rumahnya juga ikut menikmati kelebihannya.


Kisah di atas banyak ditulis oleh para ulama dalam berbagai kitabnya, di antaranya oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitab Tafsir Marâh Labîd atau lebih dikenal dengan nama Tasîr Al-Munîr. Dalam penafsiran surat Al-Ikhlas Syekh Nawawi menuturkan kisah tersebut sebagai berikut:

 

 عن سهل بن سعد جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم وشكا إليه الفقر فقال: «إذا دخلت بيتك فسلم إن كان فيه أحد وإن لم يكن فيه أحد فسلم على نفسك واقرأ قل هو الله أحد مرة واحدة. ففعل الرجل فأدر الله عليه رزقا حتى أفاض على جيرانه

 

Artinya: Dari Sahl bin Sa’d, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengadu kepadanya perihal kefakiran. Rasul bersabda: Bila engkau memasuki rumahmu, ucapkanlah salam bila di dalamnya ada seseorang. Bila tidak ada seorang di dalamnya, maka bersalamlah untuk dirimu dan bacalah surat qul huwallâhu ahad sekali.’ Lelaki itu mengamalkannya. Allah melimpahkan kepadanya rezeki hingga meluber kepada para tetangganya.

 

Ucapan salam kepada penghuni rumah sudah maklum. Setiap muslim pasti bisa mengucapkannya. Lalu bagaimana mengucapkan salam kepada diri sendiri saat penghuni rumah sedang tidak ada? Apa yang disampaikan oleh Syekh Nawawi dalam penafsiran ayat ke-61 surat An-Nur menjadi jawabannya. Dalam kitab tersebut ia menuturkan ajaran dari Ibnu Abbas dan Qatadah sebagai berikut:

 

 وقال ابن عباس: إن لم يكن في البيت أحد فليقل: السلام علينا من قبل ربنا

 

Artinya: Ibnu Abbas berkata: Bila tak ada siapapun di dalam rumah, maka ucapkanlah ‘assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ’ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami).

 

وقال قتادة: إذا دخلت بيتك فسلم على أهلك فهم أحق بالسلام ممن سلمت عليهم، وإذا دخلت بيتا لا أحد فيه فقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين

 

Artinya: Qatadah berkata: Bila engkau memasuki rumahmu, maka ucapkanlah salam kepada keluargamu. Mereka lebih berhak mendapatkan salam daripada orang lain yang engkau salami. Bila engkau memasuki sebuah rumah yang tak ada seorang pun di dalamnya, ucapkanlah: assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn (keselamatan bagiku dan bagi hamba-hamba Allah yang saleh).


Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kita bisa mengucapkan salam bagi diri sendiri salah satunya dengan kalimat: Assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami) atau Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn (keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba yang saleh).

  

Silakan amalan di atas untuk dibiasakan dalam keseharian. Tentu saja bukan semata kekayaan berlimpah yang diharapkan, namun yang paling mengemuka adalah segala amalan diniatkan mengikuti anjuran Rasulullah yang diharapkan akan berujung pahala. Wallahu a'lam.


Editor:

Rehat Terbaru