• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Rehat

Menahan Amarah dan Memaafkan, Kunci Keluarga Sakinah

Menahan Amarah dan Memaafkan, Kunci Keluarga Sakinah
Kunci keluarga sakinah adalah menahan amarah dan memaafkan. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Kunci keluarga sakinah adalah menahan amarah dan memaafkan. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Bulan Syawal ini banyak yang menggelar pesta pernikahan. Dan yang kerap disampaikan penceramah pada walimah nikah adalah bagaimana meraih keluarga sakinah. Sedangkan kunci meraih rumah tangga yang diidamkan tersebut adalah dengan menahan amarah dan memaafkan.


Penegasan tersebut sebagaimana disampaikan Mohammad Makmun saat menyampaikan mauidhah hasanah dalam sebuah pesta pernikahan.

 

“Kunci keluarga sakinah adalah bisa menahan amarah dan bisa memaafkan. Buanglah rasa jengkel dan dendam,” kata dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan, Jombang ini.


Dikemukakannya, bahwa pengantin baru maupun lama jika ingin keluarganya sakinah maka suami dan istri harus mampu menahan marah atau emosi. Demikian pula suami dan istri harus bisa saling memaafkan.


“Setiap keluarga pasti ada pertengkaran atau perselisihan maupun konflik. Saya pastikan bahwa tidak ada pasangan suami dan istri yang hidupnya adem ayem tanpa perselisihan ataupun konflik,” terangnya.


Bahkan dengan menyitir surat At-Taghabun ayat 14 bahwa sudah sangat jelas bahwa istri dan anak bisa saja justru menjadi musuh. Adanya perselisihan atau konflik adalah hal yang wajar, sebab setiap orang memiliki sudut pandang dengan argumen masing-masing.


“Nah jika ada perselisihan atau konflik, maka segera cari akar permasalahan, secepat mungkin diselesaikan,” pesan alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.


Solusinya adalah saat adanya perselisihan atau konflik, jangan dihadapi dengan emosi atau amarah. Hendaknya menahan emosi dan amarah agar tidak memperuncing perselisihan atau konflik yang terjadi.


Dijelaskan lebih lanjut bahwa pasangan adalah manusia, bukan malaikat yang senantiasa selalu nurut dan tidak pernah salah. Juga hendaknya diingat bahwa pasangan bukanlah setan atau iblis yang senantiasa selalu salah dan membangkang.


“Sadarilah bahwa pasangan kita adalah manusia, yang terkadang bisa saja berbuat khilaf atau salah dan bisa juga selalu taat dan patuh,” jelas dia.


Oleh sebab itu kalau pasangan melakukan kekhilafan dan kesalahan, maka harus dimaafkan dan menghilangkan rasa jengkel atau dendam kepada pasangan.


“Yang bisa memaafkan kesalahan pasangan akan bisa membawa kedamaian dalam keluarganya dan bisa membuat hubungan menjadi semakin harmonis,” katanya.


Dengan demikian, hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Bahwa pasangan yang selalu jengkel dan menaruh dendam justru hidupnya tidak akan tenang. Bahkan bisa malah memperkeruh suasana, sehingga menjadi konflik berkepanjangan.


“Ketahuilah bahwa perintah untuk memaafkan dan menahan amarah terdapat dalam beberapa ayat al-Qur'an dan hadits,” pungkasnya.


Rehat Terbaru