• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

Renungan Bencana Alam yang Disitir dalam Al-Qur’an

Renungan Bencana Alam yang Disitir dalam Al-Qur’an
Bencana alam yang akhir-akhir ini melanda hendaknya dimaknai sebagai kekuasaan Allah SWT dan menyadari kelemahan manusia sebagai makhluk. (Foto: NOJ/PRt)
Bencana alam yang akhir-akhir ini melanda hendaknya dimaknai sebagai kekuasaan Allah SWT dan menyadari kelemahan manusia sebagai makhluk. (Foto: NOJ/PRt)

Beberapa daerah di Jawa Timur mengalami musibah berupa banjir dan tanah longsor. Dimulai di Kabupaten Trenggalek, Banyuwangi, Malang, serta Blitar. Kondisi kawasan tersebut cukup memprihatinkan karena ketinggian genangan air cukup tinggi sehingga menggangu kegiatan warga.


Sekadar diketahui bahwa dalam kehidupan manusia, musibah adalah sebuah keniscayaan. Musibah merupakan takdir dari Allah Subhanahu Wataala yang hadir untuk menguji kesabaran manusia sekaligus mengingatkan bahwa Allah-lah yang Mahakuasa.   


Kata musibah berasal dari bahasa Arab ‘ashaba yang dalam kamus bahasa Arab Al-Munawwir diartikan sebagai bencana atau malapetaka. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah diartikan dengan kejadian menyedihkan yang menimpa, atau malapetaka, atau bencana.   


Dalam Al-Qur’an banyak disebut kata musibah termasuk bentuk-bentuk sepadanannya. Dalam kitab Al-Mu’jam al-Mufradat fi Alfadz al-Qur’an al-Karim disebutkan bahwa ada 77 kata musibah, 33 di antaranya berbentuk kata kerja lampau (fi’il madhi), 32 berbentuk kata kerja sekarang (fi’il mudhari’), dan 12 berbentuk kata benda (isim).   


Dalam Al-Qur’an, kata-kata tersebut memiliki pemaknaan masing-masing sesuai dengan asbabun nuzulnya dan berpedoman pada kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama otoritatif di bidangnya.   


Bukan hanya dari pemaknaan kata, hikmah dari kata musibah dalam Al-Qur’an juga sangat luas bagi manusia sehingga tidak hanya diartikan semau sendiri. Musibah bisa saja berarti azab, teguran atau peringatan, bahkan bisa berarti nikmat yang semuanya hanya Allah Subhanahu Wataala yang tahu.   


Sebagai sebuah renungan, berikut beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang di dalamnya termaktub kata “musibah” berikut dengan artinya:   


1. Surat Al-Baqarah ayat 156: 


   ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ


Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Innâ lillaâahi wa innâ ilaihi râji'ûn (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).   


2. Surat Asy-Syura ayat 30: 


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ


Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).   


3. Surat At-Taghabun ayat 11: 


   مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.   


4. Surat At-Taubah ayat 50: 


   اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۚ وَاِنْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَآ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ


Artinya: Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang; tetapi jika engkau ditimpa bencana, mereka berkata: “Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi berperang),” dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.   


5. Surat Al-Qashash ayat 47: 


   وَلَوْلَآ اَنْ تُصِيْبَهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ فَيَقُوْلُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ


Artinya: Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan. Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, agar kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan termasuk orang mukmin.   


6. Surat Ali Imran ayat 165: 


   اَوَلَمَّآ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَدْ اَصَبْتُمْ مِّثْلَيْهَاۙ قُلْتُمْ اَنّٰى هٰذَا ۗ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اَنْفُسِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


Artinya: Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah: Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.   


7. Surat Al-Hadid ayat 22: 


   مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ


Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.   


8.  Surat An-Nisa ayat 62: 


   فَكَيْفَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّآ إِحْسَٰنًا وَتَوْفِيقًا


Artinya: Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.   


9. Surat An-Nisa ayat 72: 


  وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَن لَّيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَىَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ شَهِيدًا


Artinya: Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.   


10. Surat Al-Maidah ayat 106: 


   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ


Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: (Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa.

  

Dengan demikian, sudah selayaknya bagi umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin untuk menyadari keterbatasan diri dan besarnya kekuasaan Allah SWT. Salah satu tanda kekuatan-Nya adalah mengirim musibah berupa banjir, penyakit dan sejenisnya. Yang hendaknya hal tersebut dimaknai sebagai sarana untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya dan menjaga kondisi alam semesta.


Editor:

Rehat Terbaru