• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Ya Allah, Serasa Mimpi Dapat Melihat Ka’bah Sedekat Ini

Ya Allah, Serasa Mimpi Dapat Melihat Ka’bah Sedekat Ini
Melihat Ka'bah secara langsung dan dari posisi yang demikian dekat adalah kenikmatan yang tiada terhingga. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Melihat Ka'bah secara langsung dan dari posisi yang demikian dekat adalah kenikmatan yang tiada terhingga. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Makkah, NU Online Jatim

Saat pertama kali memasuki kawasan Tanah Haram di Kota Makkah, umat Islam sudah dianjurkan untuk membacakan doa. Hal tersebut sebagai bentuk rasa syukur lantaran dipertemukan dengan daerah yang demikian istimewa. Apalagi saat memasuki kawasan Masjidil Haram dan melihat dari dekat bangunan Ka'bah.

 

Bagi orang yang belum pernah melaksanakan haji maupun umrah, tentu saja ibadah tersebut memiliki kesan istimewa dalam hidupnya.  Melihat sesuatu secara langsung dan tidak langsung, tentunya berbeda. Begitupun dengan melihat Ka’bah. Saat melihat sesuatu yang indah, maka kita dianjurkan untuk bertasbih memuji sang Tuhan yang menciptakan segala sesuatu.  

 

Dalam kitab Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri menyebutkan:

 

   روى الشافعي في مسنده عن ابن جريج أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى البيت رفع يديه، وقال

اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وَبِرًّا

 

Artinya: Imam Syafii meriwayatkan dalam musnadnya dari Ibnu Juraij, bahwa Nabi Muhammad SAW jika melihat Ka’bah, maka beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta‘dzîman wa takrîman wa mahâbatan wa zid man syarafahu wa karamahu mim man hajjahu awi’tamarahu tasyrîfan wata’dzhîman watakîman wabirran.

(Ya Allah, tambahkan lah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya diantara mereka yang berhaji atau yang berumrah padanya dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan).  

 

Hadits yang berisi doa di atas dikomentari oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al-Talkhis sebagai berikut: 


   وهو معضل فيما بين ابن جريج والنبي صلى الله عليه وسلم

 

Artinya: Ini termasuk riwayat mu’dhal (dua rawi atau lebih gugur, red) antara Ibnu Juraij dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, halaman: 48)  

 

Meski demikian, Imam Syafii mengatakan setelah meriwayatkan hadits di atas: 


   ليس في رفع اليدين عند رؤية البيت شيء فلا أكرهه ولا أستحبّه

 

Artinya: Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah bukanlah apa-apa, maka aku tidak memakruhkannya, juga tidak mensunahkannya. (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, halaman: 48)  


Maka dapat diambil kesimpulan dari perkataan Imam Syafii bahwa mengangkat tangan saat melihat Ka’bah bukanlah suatu hal yang makruh, juga bukan sunah. Sedangkan doa ketika melihat Ka’bah, dari kandungannya saja kita dapat melihat bahwa doa itu baik untuk kita amalkan. 


Di luar itu semua, diberikan kesempatan untuk melihat dari dekat Ka’bah adalah kurnia yang demikian mahal. Demikian pula bisa melaksanakan tawaf dengan mengelilinginya beberapa putaran adalah hal yang layak disyukuri lantaran tidak banyak yang dapat melakukannya. Apalagi kesempatan tersebut terjadi saat bulan Ramadhan, dapat dikatakan bahwa waktu yang ada adalah nikmat yang demikian mahal.


Saat melaksanakan tawaf, ada banyak hal yang dilakukan umat Islam. Dari mulai berdoa sesuai 7 putaran yang ada, maupun dengan membawa air zamzam. Hal ini bergantung kepada keyakinan setiap orang dan tidak ada tuntunannya.  


Beberapa jamaah yang penulis temui melakukan aneka kekhasan. Salah satunya adalah dengan membawa botol kecil berisikan air zamzam yang dibawa tawaf. Setiap putaran, yang bersangkutan mengkhususkan kepada sejumlah keluarganya dengan harapan nantinya air zamzam tersebut memiliki nilai dan kekuatan tersendiri.


Yang pasti, adalah kesempatan langka dan bisa dikata demikian mahal bisa melihat dari dekat Ka’bah. Karenanya, umat Islam selama di Makkah memanfaatkan waktu tersebut dengan menjadikan shalat maktubah dilaksanakan di sekitaran Ka’bah. Semoga segala hajat dan keinginan diijabah oleh Allah SWT saat dimintakan di dekat Ka’bah ini, amin.


Rehat Terbaru