• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Tawaf dan Sa'i Naik Skuter, Bolehkah?

Tawaf dan Sa'i Naik Skuter, Bolehkah?
Salah satu petugas haji uji coba skuter yang disewakan untuk tawaf dan sa'i (Foto:NOJ/kemenag)
Salah satu petugas haji uji coba skuter yang disewakan untuk tawaf dan sa'i (Foto:NOJ/kemenag)

Teknologi diciptakan untuk membantu kebutuhan manusia. Termasuk dalam persoalan ibadah yang sifatnya mengerahkan tenaga prima, seperti tawaf dan sa’i (berlari kecil antara bukit Shofa dan Marwah) hingga tujuh kali yang dipermudah misalnya dengan skuter lisrik maupun eskalator.


Seperti diketahui bahwa Saudi Arabia bermaksud menyediakan eskalator antara Shofa dan Marwah untuk memudahkan pelaksanaan sa’i. Sedangkan untuk saat ini yang sudah direalisasikan adalah penggunaan skuter untuk tawaf dan sa’i.


Muncul pertanyaan bagaimana hukum tawaf, sa’i memakai skuter bagi yang kurang sehat dan kecapekan? 


Salah satu hadits yang diriwayatkan Ummu salamah:


عن أم سلمة قالت : حججت مع رسول الله صلى الله عليه و سلم فاشتكيت قبل أن أطوف بالبيت فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( اركبي فطوفي راكبة وراء الناس ) وهو يصلي حينئذ إلى حاشية البيت


Artinya: Dari Ummi Salamah, ia berkata, aku haji bersama Rasulullah, lalu aku mengeluh kepada beliau ketika akan tawaf.  Kemudian Rasulullah bersabda: Naiklah, tawaflah berkendara di belakang rombongan. Rasulullah pada saat itu akan melaksanakan shalat di sisi ka’bah. (Mu’jam Tabrani Kabir, 24473)


Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj, 4/101-102, disebutkan:


ويستحب أن يكون ماشيا وحافيا إن أمن تنجس رجليه وسهل عليه و متطهرا ومسطورا - إلى أن قال - ولا يكره الركوب إتفاقا على ما فى المجموع لكن روى الترمذى عن الشافعى كراهته إلا لعذر ويؤيده أن جمعا مجتهدين قائلون بامتناعه لغير عذر إلا أن يجاب بأنهم خالفوا ما صح أنه صلى الله عليه وسلم ركب فيه إهـ


Artinya: Disunnahkan berjalan tanpa alas kaki, apabila aman dari terkena najis dan memudahkan untuk bersuci…dan tidak makruh menaiki tunggangan secara mufakat ulama seperti keterangan dalam kitab Majmu’, akan tetapi Al-Tirmidzi menukil dari Imam Syafi’i naik tunggangan/kendaraan itu makruh, kecuali ada udzur. Dari sini para ulama mencegah jika memang tidak ada udzur….


Sedangkan dalam kitab Majmu’ karya An-Nawawi diuraikan bahwa sa’i dengan cara menaiki kendaraan hukumnya diperselisihkan para ulama (khilaf). Meski demikian, dalam madzhab Syafii hukumnya boleh, bukan makruh, hanya menyalahi keutamaan (khilaful aula). Berikut keterangan An-Nawawi:


ذكرنا أن مذهبنا أنه لو سعى راكباً جاز، ولا يقال مكروه، لكنه خلاف الأولى ولا دم عليه، وبه قال أنس بن مالك وعطاء ومجاهد قال ابن المنذر وكره الركوب عائشة وعروة وأحمد وإسحاق، وقال أبو ثور لا يجزئه ويلزمه الإعادة وقال مجاهد لا يركب إلا لضرورة وقال أبو حنيفة إن كان بمكة أعاده ولا دم، وإن رجع إلى وطنه بلا إعادة لزمه دم. دليلنا الحديث الصحيح السابق أن النبى صلى الله عليه وسلم " سعى راكباً " إهـ


Artinya: Cabang permasalahan, sesungguhnya kami uraikan dalam madzhab kami (Syafiyah) bahwa apabila sai menggunakan kendaraan, maka boleh, tidak makruh, tetapi khilaful aula dan tidak terkena denda (dam). Pendapat ini dari Anas bin Malik, Atha’, Mujahid. Ibnul Mundzir berkata bahwa Aisyah, Urwah, Ahmad dan Ishaq tidak suka sa’i dengan berkendara. Sedangkan Abu Tsaur berpendapat sa’i seperti itu tidak cukup dan harus mengulangi. Mujahid mengatakan, sa’i dengan berkendara hanya ketika darurat saja. Abu Hanifah berkata, apabila masih di Makkah, maka wajib mengulangi sa’i tanpa dam, namun apabila sudah pulang ke negaranya tanpa mengulangi sa’i, maka wajib dam. Dalil kami terkait diperbolehkan sa’i dengan berkendara itu merujuk hadits sahih tentang Nabi sa’i naik kendaraan.


Dengan demikian, dikarenakan mayoritas jamaah Indonesia menganut madzhab Syafii, maka hukum tawaf dan sa’i dengan berkendara (yang bila dianalogikan dengan teknologi skuter, eskalator, motor listrik) adalah boleh. Hanya saja, bagi jamaah yang sehat dan kondisi tubuh fit, sebaiknya tetap berjalan kaki normal, berlari-lari kecil tanpa bantuan perangkat teknologi.


Keislaman Terbaru