• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Tapal Kuda

2 Dimensi NU yang Harus Dipahami menurut Gus Yahya

2 Dimensi NU yang Harus Dipahami menurut Gus Yahya
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (Foto: NOJ/ MR)
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (Foto: NOJ/ MR)

Lumajang, NU Online Jatim

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, sebagai organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, NU mempunyai dua dimensi yang harus dipahami oleh Nahdliyin, khususnya para pengurusnya.


Penekanan itu disampaikan Gus Yahya saat silaturahim PBNU bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lumajang, lembaga, serta badan otonom (banom) NU setempat. Kegiatan tersebut dipusatkan di Pendopo Arya Wiraraja Kabupaten Lumajang, Selasa (10/01/2023) malam.


Pertama, dimensinya adalah NU sebagai thoriqoh atau cara beragama, seperti qunut Subuh, Maulidan, Tahlilan dan lainnya. Thoriqoh ini menurut Gus Yahya bukan thoriqoh yang dibuat-buat, semuanya berlandaskan apa yang diajarkan oleh kiai-kiai NU dengan sanad yang jelas hingga tersambung ke Rasulullah SAW.


"Jadi, kita beragama tidak ngarang sendiri, semua kita dapatkan dari guru dengan sanad muttasil, inilah thoriqoh NU. Maka, hakikat dakwah NU adalah memasukkan warganya dalam mata rantai sanad keagamaan supaya semakin banyak orang menjadi bagian rantai sanad tersebut," jelas Gus Yahya.


Menurut Gus Yahya, beragama tidak cukup hanya dengan akal saja, harus ada hubungan rohani antara seorang guru dan murid dengan sanad tersebut. Sebab, bila hanya mencukupkan faktor akal, maka dengan google dan tanpa guru seseorang bisa saja berilmu tinggi namun secara rohani dirinya terputus.


"Maka, saya perintahkan RMINU mencari sanad Bukhori dan hadits musalsal bil awaliyah, agar semakin tersambung dangan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Begitu juga para instruktur kader agar meminta ijazah musalsal dan wirid-wirid yang bersanad dari KH Miftachul Akhyar untuk disambung ke kader-kader. Jadi, bukan hanya transfer pengetahuan, tapi rohaninya juga," imbuhnya.


Kedua, dimensi NU sebagai imaroh. Artinya, satu bangunan sistem yang mengurus urusan orang banyak atau bisa dikatakan NU sebagai ulil amri layaknya pemerintah. Karena NU didirikan sebagai jamiyah diniyah (keagamaan) dan ijtimaiyah yang mengurusi sosial kemasyarakatan.


"Baik kiai dan pengikutnya, butuh diurus hajatnya, bukan hanya orang yang kuat saja, tapi yang lemah juga. Maka, NU harus menghadirkan diri sebagai imaroh. Kita sebagai pengurus, ini adalah bagian imaroh mengurus hajatnya warga NU. Dan, PBNU sudah membentuk aturan sebagai garis besar dalam menjalankan roda organisasi," pungkasnya.


Tapal Kuda Terbaru