• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Tapal Kuda

Ingin Meraih Berkah? Jujurlah saat Bekerja

Ingin Meraih Berkah? Jujurlah saat Bekerja
Gus Kun Muhandis saat menjelaskan kitab Munahus Saniyyah di studio MCN Lumajang. (Foto: NOJ/Sufyan A)
Gus Kun Muhandis saat menjelaskan kitab Munahus Saniyyah di studio MCN Lumajang. (Foto: NOJ/Sufyan A)

Lumajang, NU Online Jatim
Sebuah pekerjaan bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang baik pula serta jauh dari merugikan orang lain. Itulah yang dikatakan jujur dalam bekerja, yaitu sebuah pekerjaan yang tidak ada tipuan di dalamnya. Pekerjaan yang tidak ada unsur kebohongan sehingga dapat merugikan orang lain.
 

Itulah yang dibahas dalam kajian Kitab Minahus Saniyyah yang disampaikan Gus Kun Muhandis pada Rabu, (19/01/2022) di studio Media Center An-Nahdloh (MCN) gedung NU I Lumajang. 
 

"Karena Allah menjadikan kefakiran dalam setiap tipuan, dan menjadikan keberkahan disetiap jujur dalam bekerja. Rizki yang berkah itu yang menjadikan dirinya semakin dekat dengan Allah, semakin menjadikan dirinya baik kepada sesama," katanya.
 

Lebih detail, Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Lumajang ini.mengutip Imam Abu al-Hasan as-Syadzily yang menerangkan pekerjaan yang dinilai ibadah. Yakni jika yang dilakukan tidak mengorbankan kewajiban lain yang harus dia lakukan. Juga dirinya tetap berkeyakinan jika rizki Allah yang mengatur, sedangkan bekerja adalah kewajiban seorang hamba sebagai ikhtiar.
 

“Orang yang bekerja sungguh-sungguh dan kewajibannya kepada Allah selalu dijalankan, maka termasuk sempurna dalam mujahadah. Asalkan pekerjaannya tidak ada tipuan," kata Pengasuh Pesantren Al-Wadud Boreng, Lumajang ini. 


Lebih lanjut, menyinggung perkataan Syaikh Abul 'Abbas al-Mursi yang menyatakan, kedudukan seseorang pada derajat bekerja (maqam sabab) hendaknya dihiasi dengan selalu ingat kepada Allah di setiap jengkal pekerjaannya agar dinilai ibadah.
 

“Berpegang teguhlah kalian dengan sebab, hendaklah salah seorang dari kalian menjadikan takarannya sebagai tasbih, kampaknya sebagai tasbih. Menjahitnya sebagai tasbih dan perjalanannya sebagai tasbih. Apapun profesinya jadikan itu dzikir kepada Allah. Kalau bisa begitu maka apapun pekerjaan kita akan berniali ibadah dan berkah," urainya.
 

Sebalinya, jika pekerjaan dilakukan dengan menipu dan tidak jujur dapat menjadikan yang diperoleh menjadi tidak berkah. Bahkan Rasulullah tidak mengakui sebagai umatnya. 
 

Hal itu sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim:
 

أنَّ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ مَرَّ علَى صُبْرَةِ طَعامٍ فأدْخَلَ يَدَهُ فيها، فَنالَتْ أصابِعُهُ بَلَلًا فقالَ: ما هذا يا صاحِبَ الطَّعامِ؟ قالَ أصابَتْهُ السَّماءُ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: أفَلا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعامِ كَيْ يَراهُ النَّاسُ، مَن غَشَّ فليسَ مِنِّي
 

Artinya: Rasulullah SAW melewati tumpukan makanan, maka beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian jari-jarinya basa. Maka Rasulullah bertanya: Apa ini, wahai pemilik makanan? Dia berkata: Ini terkena hujan wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Mengapa kamu tidak meletakkannya di atas makanan sehingga orang bisa melihatnya? Siapa pun yang menipu bukan termasuk dari (golongan) ku.
 

"Karena menipu dalam bekerja itu perbuatan tercela,” tegasnya. 
 

Sebenarnya setiap manusia tahu urusan pekerjaannya, apa dia jujur atau tidak, ini baik apa tidak. “Bahkan tahu apa yang terjadi akibat ketika dia menipu dan tidak jujur,” lanjutnya.
 

Sehari dua hari tipuan dan ketidakjujurannya mungkin masih tidak diketahui. Namun lamban laut yang dilakukan orang curang pasti terbongkar dan berakibat fatal bagi dirinya.
 

"Jika pengkhianat yang dilakukan sudah terbongkar, maka tidak akan dipercaya lagi oleh orang lain. Dan lebih fatalnya apa yang dia dapat pasti tidak berkah," pungkasnya.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru