Pasuruan, NU Online Jatim
Webinar bertema 'Tips for Winning LPDP and PDMSU' digelar oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Pusat, Ahad (26/12/2021) secara daring via Zoom Meetings. Kegiatan tersebut bernama Forbes itu merupakan kepanjangan dari Forum Beasiswa.
Bertindak sebagai Ketua Pelaksana Forbes Himmatul Ulya, dalam sambutannya ia mengatakan bahwa tujuan dari diselenggarakannya forum tersebut tak lain agar peserta lebih mengenal serta mengetahui kiat-kiat lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Pada kesempatan ini, Awardee LPDP Universitas Monash, Australia Dwi Wahyudi selaku narasumber menjelaskan bahwa LPDP mengurus semua hal tentang pendidikan. Mulai dari beasiswa, pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur pendidikan, hingga riset atau penelitian.
“Untuk beasiswa sendiri bisa diakses melalui laman website lpdp.kemenkeu.go.id bagian beasiswa. Di sana ada beberapa tipe beasiswa dan sudah ada link untuk download panduannya,” jelas Dwi.
Lebih lanjut, alumni kepengurusan KMNU Universitas Lampung (Unila) itu memaparkan beberapa fasilitas pendanaan yang diberikan oleh pihak LPDP. Selain dana pendaftaran dan SPP, difasilitasi pula dana tunjangan buku, bantuan penelitian dan uji tesis, transportasi, asuransi kesehatan, dana hidup bulanan, dan masih banyak lagi.
“Misalkan kita kuliah di luar negeri, kalau di jurusan saya di Universitas Monash itu sekitar 36 ribu dolar selama satu semester keseluruhannya ditanggung LPDP,” imbuhnya.
Terdapat tiga tahap seleksi pada beasiswa LPDP. Dwi menyampaikan bahwa seleksi pertama adalah administrasi berbasis aplikasi online melalui laman website https://beasiswalpdp.kemenkeu.
“Di situ kita akan mengisi data diri. Kemudian mengunggah berkas seperti kartu pelajar, KTP, ijazah atau pun Surat Keterangan Lulus (SKL) bagi yang belum punya ijazah, dan lainnya,” tambah Dwi.
Dilanjutkan dengan seleksi tahap dua yaitu Seleksi Substansi Akademik dan Kebangsaan. Nantinya, soal yang akan diujikan adalah materi Tes Bakat Skolastik/TPA dan kebhinekaan/TKP dengan total waktu 120 menit. Tahap akhir adalah seleksi wawancara.
“Setelah lolos tes tahap dua, dilanjutkan dengan wawancara. Karena pandemi, pelaksanaannya daring via zoom. Kalau dulu itu lokasinya di kota terdekat pendaftar,” ungkap dia.
Diterima pada tipe Beasiswa Prasejahtera, menurut Dwi, beasiswa tersebut adalah yang paling banyak diminati dan ditujukan kepada penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), maupun Program Indonesia Pintar (PIP).
Beasiswa tersebut hanya diperuntukkan bagi program magister. Ada pun persyaratannya adalah memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00 dari skala 4 serta kecakapan bahasa ditunjukkan dengan skor tes bahasa Inggris yang melampaui batas minimal persyaratan. Tentunya, terdapat perbedaan skor minimal bagi peserta yang mengambil studi di dalam dengan yang luar negeri.
“Tips dari saya untuk mendapat beasiswa ini adalah membagi kegiatan enam bulan sebelum tes. Misalnya tes bulan Mei, maka Desember tahun sebelumnya sudah disiapkan,” kata dia yang juga pernah menjabat sebagai pengurus di KMNU Pusat.
Langkah pertama yaitu mengikuti tes serta tes bahasa Inggris selama empat bulan pertama. Apabila biaya menjadi kendalanya, maka persiapan tersebut dapat dilakukan dengan menyimak pembahasan di YouTube serta mendengarkan podcast berbahasa Inggris.
Selanjutnya adalah menentukan kampus tujuan, membuat esai, dan berlatih mengerjakan soal-soal TPA dan kebangsaan pada bulan ketiga. Dilanjutkan dengan membuat CV, merapikan sertifikat dan persyaratan administrasi, serta berlatih wawancara pada bulan kelima.
“Kalau yang mengambil di luar negeri ada esai tentang komitmen kembali ke Indonesia dan kontribusi apa yang dapat diberikan pasca studi berbahas Inggris. Kalau yang apply di dalam negeri, esainya berbahasa Indonesia,” pungkas Dwi.
Editor: Risma Savhira