Tapal Kuda

Puisi Tentang Munir-Marsinah Karya Murid SMA Nuris Raih Terbaik 4 Nasional

Sabtu, 28 Desember 2024 | 13:00 WIB

Puisi Tentang Munir-Marsinah Karya Murid SMA Nuris Raih Terbaik 4 Nasional

Faniyati Wardhani, siswi SMA Nuris Jember, meraih terbaik 4 Festival Bulan Bahasa (FBB) tingkat nasional. (Foto: NOJ/ Aryudi AR)

Jember, NU Online Jatim

Sampai hari ini, terbunuhnya pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Munir, pejuang buruh, Marsinah, dan penyair Wiji Thukul, masih menyisakan tanya. Sebab, kematian ketiga aktivis tersebut masih menyimpan misteri. Pelaku dan latar belakang pembunuhannya belum terungkap tuntas.

 

Keberanian ketiga sosok tersebut melawan pemerintah orde baru yang berakhir dengan penghilangan nyawa mereka, mengilhami murid kelas XI MIPA 1 SMA Nuris Jember, Faniyati Wardhani untuk menulis puisi berjudul “Abjad yang Menangis”. 

 

Puisi tersebut cukup mengena, dan terpilih sebagai peringkat terbaik 4 dalam ajang Festival Bulan Bahasa (FBB) tingkat nasional  di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kategori pelajar, akhir November 2024 lalu.

 

Menurut Fani, sapaan akrabnya, penghilangan nyawa secara paksa terhadap ketiga sosok tersebut cukup melukai rasa kemanusiaan. Sebab, mereka adalah pejuang di bidangnya masing-masing, yang muaranya adalah menuntut tegaknya keadilan. Namun yang didapat adalah kematian. Apalagi Marsinah mati disiksa dengan sangat biadab.

 

“Puisi ini juga diharapkan dapat menggugah penguasa terkait keadilan dan komitmen bangsa dalam menegakkan kebenaran terhadap hilangnya sosok Munir dan Marsinah, serta Wiji Thukul,” ujarnya di kompleks Pondok Pesantren Nuris Jember, beberapa waktu lalu.

 

Fani menambahkan, untuk menulis puisi “Abjad yang Menangis” dirinya perlu melakukan riset dan membaca banyak referensi. Sebab, tidak gampang untuk membuat puisi dengan sarat makna dan  sindiran yang tajam.

 

“Saya ingin puisi saya benar-benar berisi dan bermakna sehingga pesan dari puisi ini sampai kepada pembaca,” terangnya.

 

Walaupun puisinya hanya meraih peringkat 4, namun Fani mengaku bersyukur atas prestasi tersebut. Sebab, ajangnya sangat bergengsi dan persaingannya cukup ketat.

 

“Saya sangat bersyukur dan senang sekali bisa berada dalam deretan penulis puisi terbaik di UGM Yogyakarta. Ini pengalaman dan anugerah yang luar biasa bagi saya. Apalagi Saya sedang persiapan untuk ajang FLS2N Nasional,”  jelasnya.

 

Fani mengaku sangat terbantu dengan adanya komunitas sastra santri di lingkungan Pondok Pesantren NurisJember. Dari situ, lanjutnya, bakatnya di bidang seni semakin terasah.

 

“Komunitas sastra santri turut mempermudah saya dalam berkarya hingga berprestasi ini,” pungkasnya.