• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

Wakil ISNU Jatim Sebut Sarjana Harus Miliki Peran Sosial Tinggi

Wakil ISNU Jatim Sebut Sarjana Harus Miliki Peran Sosial Tinggi
Wakil Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Ahmad Zainul Hamdi. (Foto: NOJ/Diana Putri)
Wakil Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Ahmad Zainul Hamdi. (Foto: NOJ/Diana Putri)

Pasuruan, NU Online Jatim

Sarjana yang ideal ialah mereka yang mampu menguasai bidang ilmu kesarjanaannya dan dapat memberikan manfaat serta kebaikan bagi lingkungan sosialnya. Pernyataan ini disampaikan Wakil Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof Ahmad Zainul Hamdi.

 

Dikatakan Prof Inung sapaan akrabnya, apa pun bidang ilmu yang didalami, semuanya adalah baik dan punya potensi yang sama untuk dikembangkan serta diaplikasikan di masyarakat.

 

“Sarjana yang menguasai bidangnya. Tapi tidak melulu tentang masalah pekerjaan profesionalnya saja, namun juga peka terhadap perubahan-perubahan sosial,” katanya.

 

Dirinya menjelaskan bahwa ISNU Jawa Timur sedang gencar mendampingi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memeroleh setifikat halal. Secara kasat mata, hal tersebut memang tidak berhubungan langsung dengan akademik, namun melalui hal inilah ilmu pengetahuan yang ditekuni selama di bangku perkuliahan dapat tersalurkan.

 

“Mungkin tidak ada kaitannya dengan akademik, prodi, dan sebagainya. Tapi kalau UMKM tidak didampingi dengan sarjana, kemungkinan akan sulit berkembang. Ini contoh peran sosialnya yaitu membantu orang-orang yang secara ekonomi mungkin kurang beruntung,” jelas guru besar bidang Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu.

 

Founder Arrahim.id itu juga turut menilai tentang keefektifan pembelajaran daring di Indonesia selama masa pandemi. Menurutnya, transisi dari luring ke daring hanya berbeda di metode pembelajarannya saja.

 

“Sebenarnya sebelum pandemi pun sudah ada yang menerapkan pembelajaran daring atau hybrid. Kalau daring dianggap kurang efektif tidak juga, karena itu bukan urusan mental, melainkan keterbatasan metode dan di berbagai metode juga ada keterbatasan,” pungkasnya.


Tapal Kuda Terbaru