"Bu Nyai Syafiyah tak pernah marah dan selalu tersenyum" kata salah satu dosen Humaniora. "Walau beliau sakit, sudah dalam kondisi tidak memungkinkan masuk kelas, beliau masih maksa untuk mengajar" tambah mahasiswa Sastra Inggris Humaniora. "Selama beliau memimpin Humaniora, tak pernah saya lihat di wajahnya amarah, walau kadang ada yang mengkritiknya, tetap tenang dan berusaha untuk menyelesaikan dengan dingin" tambah salah seorang pimpinan Humaniora.
Bu Nyai Syafiyah. Saya sulit melukiskan kebaikannya. Selama berinteraksi sama beliau, baik di Pondok Al-Hikmah Fatimiyah Malang dan juga di kampus UIN Malang, khususnya di Fakultas Humaniora, tak pernah sekali pun melihat beliau tanpa tersenyum. Damai melihat wajahnya. Dan seringkali beliau dengan bahasanya akrab sekali, "Ust Halimi ini keluarga Pondok Ahaf, sudah lama mengaji di pondok, mulai mahasiswa sampai sekarang". Beliau sampaikan di hadapan para santri. Maka, berat sekali kalau tidak ngaji, apalagi izin. Karena, beliau yang selalu asyik dan perhatian.
Ketika beliau menjadi Dekan, beliau selalu keliling ke prodi-prodi, dan terkadang bertanya apa pun, dan membincang apa pun. "Enggeh, nanti kita tindak lanjuti" kata beliau, bila kita mengeluhkan sesuatu dan ada curhatan tentang mahasiswa atau apa pun, dan kebetulan waktu saya menjadi Kaprodi di BSA. Tak lupa senyumnya yang tersisa sebelum keluar. "Insyallah, semuanya akan selesai". Optimisme selalu dibangun, walau mendesak, beliau selalu berusaha tenang.
"Neng Syafiyah" demikian beliau kalau dipanggil oleh Kiai Marzuki, Gus Isyraqun Najah, dan Pak Rektor, Prof Zainuddin. Beliau putri dari kiai karismatik, KH Fattah Hasyim adalah sosok ulama istiqamah dan berilmu luas yang menjadi pendiri Madrasah Muallimin-Muallimat Tambakberas. Dikenal karena kedisiplinannya dalam ibadah, ia tetap memimpin shalat berjamaah meski dalam kondisi fisik yang melemah. Kiai Fattah, yang lahir dengan nama Abdullah Marwan, mengawali perjalanan intelektualnya dari bimbingan sang ayah, KH Hasyim Idris, sebelum melanjutkan pendidikan ke berbagai pesantren di Jawa. Wawasan keilmuannya yang mendalam dan keteguhan akhlaknya menjadi warisan penting bagi generasi penerus, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
Bu Nyai Syafiyah Fattah. Beliau adalah seorang dosen yang saat ini mengabdikan diri di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, di prodi Bahasa Sastra Inggris, Fakultas Humaniora. Jejak akademiknya dimulai dari studi di Universitas Islam Negeri Malang dulu masih IAIN Sunan Ampel Malang, hingga melanjutkan pendidikan di University of Canberra dengan konsentrasi di bidang English Education. Komitmennya terhadap dunia pendidikan tercermin dari dedikasinya dalam mendampingi mahasiswa dan santri, baik dalam aspek akademik maupun spiritual.
Beliau dikenal sangat perhatian terhadap perkembangan ibadah dan pergaulan mahasiswanya. Nasihat-nasihatnya selalu penuh semangat dan makna, mendorong setiap anak didiknya untuk menjadi pribadi yang bergerak, bertumbuh, dan tetap rendah hati. Ungkapan yang sering beliau sampaikan: "Hidup itu harus tergerak, semangat terus, tapi jangan sampai menyakiti banyak orang."
Artikel diambil dari: Neng Dr. Hj. Syafiyah, Pendidik Penuh Senyum dan Kedamaian
Khidmah beliau tidak hanya di masyarakat kampus tapi juga di masyarakat luas, dengan mendirikan Pondok Pesantren Al-Hikmah Al-Fatimiyah bersama Kiai Dr. Yahya Jakfar (Dosen UIN Malang). Selain mendirikan pondok di Malang, beliau juga mendirikan Madrasah Diniyah dan lainnya. "Tenang, pasti Allah selalu memberikan jalan keluar" ungkap beliau dengan lembut. Maka, kesibukan apa pun, kesulitan apa pun, insyallah akan diberikan jalan keluar terbaik oleh Allah. Demikian ungapan indah dan damai dari beliau. Kini, ungkapan itu terus mengiang dan terus menggema di hati. Suara lembut dengan petuah-petuah itu akan terus menjadi kenangan, dan pengingat bagi yang pernah berinteraksi dengan beliau, atau bagi yang pernah punya cerita dengan beliau.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun, selamat jalan Bu Nyai Dr. Hj. Syafiyah Fattah.
Penulis: Halimi Zuhdy