Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Madura

Bahaya Lemak Jenuh di Tubuh Manusia menurut LKNU Sumenep

Bahaya Lemak Jenuh di Tubuh Manusia menurut LKNU Sumenep. (Foto: NOJ/ Ist)

Sumenep, NU Online Jatim
Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, dr H Slamet Riyadi menegaskan, pada dasarnya lemak dibutuhkan untuk membantu menjalankan fungsi tubuh. Namun, penting untuk mengetahui bahwa ada jenis lemak yang baik dan jahat.


Dijelaskan, lemak jenuh masuk dalam kategori lemak jahat. Lemak jenuh bisa berasal dari hewan, seperti mengkonsumsi daging ayam, daging merah, serta produk susu yang kaya lemak.


"Bila terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi tubuh," ujarnya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Senin (12/12/2022)..


Pertama, meningkatnya berat badan. Beberapa jenis makanan yang digoreng memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi. Jika makanan tersebut dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan asupan kalori ekstra pada tubuh. Hasilnya, tubuh akan mengalami peningkatan berat badan secara signifikan.


"Peningkatan berat badan juga berisiko memicu berbagai penyakit, salah satunya diabetes. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi makanan berlemak tinggi untuk membantu menjaga berat badan tetap ideal," katanya.


Kedua, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Termasuk kadar Low Density Lipoprotein (LDL) atau dikenal kolesterol jahat dan Apolipoprotein B (ApoB).


Diketahui, risiko penyakit jantung dan peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) memiliki keterkaitan yang tinggi. Sebab, semakin besar jumlah kadar LDL pada tubuh, semakin besar pula risiko penyakit jantung.


Sementara itu, ApoB merupakan protein dan komponen utama dari LDL. Menurut sebuah studi tahun 2020 yang dipublikasikan pada US National Library of Medicine, ApoB dianggap sebagai prediktor kuat risiko penyakit jantung.


"Artinya, asupan lemak jenuh telah terbukti meningkatkan kedua faktor risiko tersebut dalam memicu penyakit jantung," tutur pria asal Gapura, Sumenep itu.


Dokter muda yang kini menjabat sebagai Ketua LK Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura ini menjelaskan, batasan asupan lemak jenuh berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Khusus pria, batas mengonsumsi lemak jenuh adalah 30 gram per hari, sementara untuk wanita tidak lebih dari 20 gram.


Menurutnya, lemak jenuh hanyalah salah satu dari nutrisi makanan. Membatasi asupan lemak jenuh bukan berarti tubuh tidak lagi mendapat asupan nutrisi. "Sebaliknya, kita bisa fokus pada nutrisi sehat lainnya dengan memperhatikan pola makan secara keseluruhan," ungkapnya.


Dikatakan dr Slamet, ada makanan yang harus dibatasi dan dihindari. Sebagian besar lemak jenuh berasal dari hewani, misalnya daging unggas, roti, susu, sosis, dan mentega. Sedangkan makanan yang dianjurkan guna menjaga kesehatan jantung, antara lain, mengkonsumsi nasi merah, ikan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, keju, dan minyak zaitun.


"Selain memperhatikan asupan makanan, kita bisa menurunkan risiko gangguan kesehatan akibat lemak jenuh dengan menerapkan gaya hidup sehat. Dan, jangan lupa mengimbanginya dengan berolahraga, mengelola stres, dan menghindari rokok," pintanya.


Berangkat dari hal ini, pria yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep ini mengutarakan bahwa lemak merupakan zat dengan energi tinggi yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Lemak membantu tubuh menyerap vitamin A, D, dan E. Vitamin ini larut dalam lemak dan hanya dapat diserap dengan bantuan lemak.


"Lemak apa pun yang tidak digunakan oleh sel tubuh atau diubah menjadi energi hendaknya diubah menjadi lemak tubuh. Selain itu, karbohidrat dan protein yang tidak terpakai juga akan diubah menjadi lemak tubuh. Sebab itu, mari jaga pola makan, hidup dan pikir kita agar tidak mudah diserang penyakit," tandasnya.

Firdausi
Editor: A Habiburrahman

Artikel Terkait