Ketum PP JQHNU Ajak Teladani Imam Syafi’i dan Syekh Darani
Ahad, 19 Desember 2021 | 09:00 WIB
Sumenep, NU Online Jatim
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU), KH M Syaifullah Ma’shum mengatakan, Kementerian Agama (Kemenag) RI telah menggandeng JQHNU guna menyusun kurikulum dan model pendidikan Al-Qur’an. Mulai dari Pondok Pesantren Al-Qur’an (PPQ), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), dan Rumah Tahfidzul Quran (RTQ).
Hal ini disampaikan saat memberikan pengarahan di acara pelantikan Pimpinan Cabang (PC) JQHNU Sumenep. Kegiatan tersebut dipusatkan di aula Kantor Kemenag Kabupaten Sumenep, Sabtu (18/12/2021).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Menurutnya, selama ini Kemenag hadir mengurus TPQ, seolah-olah negara merasa cukup untuk mengurusi hal itu. Terlebih pendidikan Al-Qur’an kita tidak memiliki jenjang yang jelas, mulai dari ula, wustha, ulya, dan kulliyatul Qur’an. Semua serba liar, serba diajari di tingkat masing-masing.
“Hingga akhirnya, masyarakat kita memilih mendalami ilmu Al-Qur’an ke Timur Tengah,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Berangkat dari problem tersebut, lewat kurikulum dan model pendidikan Al-Qur’an yang digodok oleh Kemenag saat ini akan memberikan solusi pada masyarakat agar tidak menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri.
“Cukup di Indonesia saja. pendidikannya berjenjang, formal, dan akan disahkan dalam peraturan pemerintah,” ujarnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta itu mengimbau pada pengurus untuk konsisten dan tidak oleng dengan berbagai iming-iming dari pihak lain.
“Pengurus harus menggandeng pemerintah setempat guna mencapai visi JQHNU, yakni terwujudnya nilai-nilai Al-Qur’an di kalangan masyarakat bagi generasi ulama dan umara. Jika eksekutif dan legislatif mendukung, maka Sumenep akan menjadi basis Al-Qur’an,” tuturnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Menurutnya, Imam Syafi’i dan para ulama mazhab serta para wali di Jawa adalah ahli Qur’an, hadits, tafsir, fiqih, dan hafidzul Qur’an. Walaupun seorang huffazh, ia tetap menggunakan panca inderanya guna menikmati keindahan huruf-huruf yang ada di mushaf.
“Sebaliknya, pengurus JQHNU harus memanjakan matanya guna membaca Al-Qur’an kendati sudah hafidz,” pintanya sebagaimana dicontohkan oleh Imam Syafi’i saat membaca Al-Qur’an usai shalat Isya hingga menjelang Subuh.
Ia juga menceritakan kisah Syekh Abu Sulaiman Al-Darani yang selalu mengulang-ulang satu sampai dua ayat Al-Qur’an dan tidak berani pindah ke ayat selanjutnya. “Saya tidak berani beranjak ke ayat lain, karena kami merasa belum mampu menguasai makna yang terkandung dalam ayat tersebut,” katanya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Kiai Syaiful menyampaikan, bahwa ada salah satu tenaga pendidik yang tak berkenan diberi bisyaroh saat mengajar Qiraat Sab’ah. “Jika menemukan hal sama di Sumenep, kita harus memberikan penghargaan padanya,” pintanya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND