Ngaji Sewelasan Lesbumi NU Malang Bahas Transformasi Aksara di Pesantren
Ahad, 22 Juni 2025 | 18:00 WIB

Ngaji Sewelasan oleh Lesbumi NU Malang di Green Sunset Education, Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Sabtu (21/06/2025) malam. (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)
Malang, NU Online Jatim
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Malang menggelar Ngaji Sewelasan bertajuk ‘Transformasi Aksara di Pesantren sebagai Media Transmisi Ilmu Studi Manuskrip Syaikhul Barri Karya Kanjeng Sunan Bonang’. Kegiatan tersebut dipusatkan di Green Sunset Education, Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Sabtu (21/06/2025) malam.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Ketua Lesbumi NU Malang, Abdul Aziz Syafi’i, menuturkan bahwa tema tersebut diangkat sebagai bagian dari upaya pelestarian serta penguatan tradisi intelektual Islam Nusantara melalui kajian naskah-naskah kuno para Wali Songo.
“Ngaji Sewelasan kali ini mengangkat tema pesantren dan aksara. Kami ingin mendorong kader-kader NU, khususnya Lesbumi, agar mempelajari manuskrip-manuskrip peninggalan para wali yang hingga kini masih banyak tersimpan di lingkungan kiai sepuh dan pesantren kampung,” katanya kepada NU Online Jatim.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Pada kesempatan ini, peserta diajak membuka dan mengkaji naskah “Syaikhul Barri” karya Kanjeng Sunan Bonang. Aziz menekankan bahwa kegiatan ini bukan untuk bernostalgia pada masa lalu secara utopis, melainkan menggali nilai-nilai luhur dari warisan keilmuan tersebut.
“Dari pembacaan naskah ini, kami ingin membuka jalan menuju pendirian Sekolah Aksara. Kurikulumnya sudah rampung. Tujuan utamanya adalah membekali peserta kemampuan baca dan tulis aksara Nusantara, terutama aksara yang digunakan dalam naskah keislaman klasik seperti Pegon, Kawi, dan Jawi,” terangnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Program Sekolah Aksara dijadwalkan akan diluncurkan pada Agustus atau September 2025, dengan intensitas 3–4 kali pertemuan setiap pekan. Peserta akan dibekali kemampuan baca-tulis aksara secara sistematis, termasuk evaluasi melalui tes tulis dan praktik membaca.
“Kurikulum sudah kami susun sejak enam hingga tujuh bulan lalu. Di akhir program akan ada ujian baca-tulis sebagai indikator keberhasilan. Ini menjadi upaya konkret agar kader Lesbumi NU mampu mengakses langsung naskah-naskah klasik,” jelasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang untuk bersinergi dengan berbagai lembaga NU lainnya, seperti Pagar Nusa, LBMNU, LDNU, serta RMINU dan LP Ma’arif NU. “Kami berharap kolaborasi ini memperkuat posisi pesantren sebagai pusat transmisi keilmuan, termasuk dalam hal pelestarian aksara Nusantara,” harapnya.
Sementara itu, Katib PCNU Malang, KH Khoirul Khafid Fanani, menegaskan bahwa Lesbumi NU memiliki peran penting dalam menjaga budaya lokal agar tetap selaras dengan ajaran Islam. Menurutnya, Lesbumi NU berfungsi menjaga, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya Nusantara, tentu dalam koridor syariat Islam.
“Dakwah NU sejak dahulu selalu ramah terhadap budaya, karena itulah dakwahnya mudah diterima oleh masyarakat,” tuturnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Kiai Khafid menggaris bawahi bahwa ajaran Islam yang dibawa para wali sejak awal sudah selaras dengan budaya lokal, sehingga pesan-pesan agama mudah meresap dalam kehidupan masyarakat. “Para wali membawa Islam yang penuh kearifan lokal. Itu yang terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga lahirnya pendiri-pendiri NU seperti Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syamsuri,” katanya.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Malang ini juga mengingatkan pentingnya menjaga tradisi Jawa di kawasan Malang yang masih sangat kuat, sambil memastikan nilai-nilai Islam tetap menjadi landasan utama.
“Tradisi Jawa di Malang masih sangat hidup. Kita harus menjaga tradisi ini agar tetap Islami. Itulah esensi dakwah kultural NU yang sejuk dan diterima semua kalangan,” pesannya.
Sebagai informasi, turut hadir dalam acara ini salah satu pengurus Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang Ismail Lutfi, serta pakar aksara dari Rumah Pawiyatan Aksara Singhasari, Hendrik Khoirul Hidayatullah.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND