Metropolis

LTNNU Jatim Terima Studi Banding Pengelolaan Manuskrip dari IAIN Ponorogo

Selasa, 24 Desember 2024 | 19:00 WIB

LTNNU Jatim Terima Studi Banding Pengelolaan Manuskrip dari IAIN Ponorogo

Studi banding IAIN Ponorogo ke LTNNU Jatim, Selasa (24/12/2024). (Foto: MR)

Surabaya, NU Online Jatim

Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jatim menerima studi banding dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo terkait pengelolaan manuskrip sejarah. Kunjungan IAIN Ponorogo yang diwakili Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) itu dipusatkan di Studio LTNNU Jatim Gedung PWNU Jatim, Kota Surabaya, Selasa (24/12/2024).

 

Kunjungan itu diterima langsung oleh Wakil Ketua PWNU Jatim Edy Ya’qub, Ketua LTNNU Jatim H Helmy M Noor, Sekretaris LTNNU Jatim Toufikur Roziqin, serta Wakil Ketua LTNNU Jatim yaitu H Ahmad Karomi dan Chafid Wahyudi. Sementara IAIN Ponorogo diwakili Wakil Dekan III FAUD Iswahyudi, Kepala Prodi SPI Muchlis Daroini, dan rombongan lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Kepala Prodi SPI FUAD IAIN Ponorogo, Muchlis Daroini, mengatakan bahwa Prodi SPI baru ada 5-6 semester mahasiswa, karena baru dibentuk dan baru dapat izin. “Maka kami sebagai anak datang ke NU sebagai induk kami,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, pihaknya selama ini belum menemukan format yang pas antara kajian sejarah dan bagaimana mengomunikasikan sejarah ke ruang-ruang publik. Karena itu ia menjalin kolaborasi riset manuskrip dan digitalisasi manuskrip (podcast) dengan LTNNU Jatim.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Kami melakukan studi banding untuk kolaborasi riset manuskrip dari sisi konten dan filologi, termasuk digitalisasi manuskrip,” katanya.

 

Merespons hal itu, Ketua LTNNU Jatim H Helmy M Noor, menegaskan bahwa ada dua sisi dari LTN yakni ta’lif (penulisan) dan nasyr (penerbitan). Namun pihaknya tidak ingin kedua sisi LTN itu hanya bermakna mengamankan dan memburu manuskrip karya-karya klasik para ulama.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

“Kami tidak ingin manuskrip hanya bermakna dokumen, tapi bagaimana sejarah atau dokumen bersejarah itu pun bermakna ajaran, terutama untuk generasi digital. Untuk manuskrip, pengurus lama LTNNU Jatim sudah menjalin kerja sama dengan lembaga Nahdlotut Turots di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan dan kolaborasi ini akan terus berlanjut,” ucapnya.

 

Menurutnya, LTNNU Jatim tidak hanya fokus pada manuskrip yang di Bangkalan mencapai 3.000-an kitab klasik, melainkan bagaimana manuskrip itu bermakna untuk publik agar masyarakat tidak hanya mengenal NU sebagai jam’iyah kemasyarakatan.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Namun juga merasakan ajaran NU untuk kehidupan sehari-hari, terutama di era digital, sehingga NU semakin berkah bagi masyarakat, baik internal NU maupun eksternal NU,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Wakil Ketua LTNNU Jatim Chafid Wahyudi, menambahkan bahwa Nahdlotut Turots yang berkembang sebagai lembaga khusus di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan itu bermula dari gagasan LTN dalam Muktamar Lampung, agar masyarakat tidak mencari naskah akademik keislaman dari Barat, karena NU memiliki potensi yang besar dalam soal itu.

 

“Karena itu, kami siap melakukan riset bareng dengan IAIN Ponorogo dan nantinya menjalin kolaborasi juga dengan Nahdlatut Turots di Bangkalan itu, sekaligus mengembangkan sumber daya akademik yang mumpuni di bidang manuskrip keislaman agar dapat melahirkan kader muallif dan kader penulis Keislaman Nusantara, seperti Prof Nadirsyah Hosein,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND