• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Jujugan

Merasakan Sensasi Hutan Mangrove di Pantai Dubibir Situbondo

Merasakan Sensasi Hutan Mangrove di Pantai Dubibir Situbondo
Salah satu sudut di Pantai Dubibir. (Foto: NOJ/Istimewa)
Salah satu sudut di Pantai Dubibir. (Foto: NOJ/Istimewa)

Situbondo, NU Online Jatim

Di antara destinasi yang layak dijadikan tujuan wisata pada akhir pekan seperti saat ini adalah Pantai Dubibir. Dengan pemandangan berupa hutan mangrove, menjadikannya sebagai salah satu kawasan yang menarik untuk dijadikan alternatif melepas penat usai berkutat dengan beragam kegiatan harian.


Dikutip dari laman situbondokab.go.id, bahwa Pantai Dubibir berada di Desa Ketah Kecamatan Suboh yang berjarak sekitar 6 km dari Besuki dan sekitar 39 km dari  pusat kota Situbondo, serta 153 km dari Surabaya. Untuk dapat sampai di kawasan ini, pengunjung dapat menggunakan tranportasi umum berupa bis dari arah kota Situbondo maupun sebaliknya dan turun tepat di depan Balai Desa Ketah Kecamatan Suboh. Berikutnya melanjutkan perjalanan menggunakan ojek sampai dengan pintu masuk Pantai Dubibir. Lebih rinci, lokasi pantai ini berada di jalur pantura, yang mana jarak pantai dari terminal Besuki sekitar tujuh kilometer. Kemudian, dari jalan raya menuju lokasi hanya sekitar dua kilometer. Kalau membawa kendaraan pribadi juga lokasnya ada di  layanan pemetaan website yakni Google Maps.


Menawarkan Kelebihan

Kelebihan dari pantai ini terdapat wisata hutan mangrove. Para wisatawan akan melewati jogging track sepanjang 200 meter sambil menikmati keindahan alam dan kesejukan yang ditawarkan. Juga tersedia banyak tempat swafoto bagi para pengunjung. Dari mulai perahu nelayan, panorama alam sekitar yang eksotis, juga perahu yang bisa digunakan untuk melihat laut. Selain itu, terdapat bangunan pintu gerbang untuk melihat pantai dari ketinggian sekitar tujuh meter. Belum lagi pantai ini memiliki panjang 150 kilometer dari arah barat ke timur. Sedangkan luas hutan mangrovenya adalah 30 hektare. Berkunjung ke tempat ini tidak membutuhkan biaya mahal karena harga tiket hanya Rp 5 000 setiap orang.


“Saya dari Bondowoso, habis silaturahim ke rumah saudara mampir ke Pantai Dubibir,” kata Sindy Ekawati, salah satu pengunjung.


Menurut dia, pantai ini menyajikan panorama alam yang indah, hutan mangrove, hampran laut yang luas, dan spot foto yang instagramable. “Pemandangannya bagus, cocok untuk liburan bersama keluarga,” ungkapnya.


Sekadar diketahui bahwa Pantai Dubibir awalnya merupakan pantai gersang yang kemudian disulap menjadi pantai menawan. Nama Pantai Dubibir berasal dari bahasa Madura yang bermakna dua bibir yang diambil karena ada pertemuan dua bibir pantai di lokasi tersebut.


“Awalnya pantai ini gersang, tidak ada tumbuhan sama sekali,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Dubibir Ahmad Afandi Dahlan.  


Menurut dia, pantai yang gersang itu ditanami pohon cemara setelah mendapat bantuan dari salah satu lembaga pada 2016. Pria yang akrab disapa Alan itu mengajak warga sekitar menanam pohon cemara agar pantainya tidak lagi gersang. Warga sekitar bergotong royong untuk menjadikan pantai itu sebagai destinasi wisata. Pada 2017, Pantai Dubibir mendapat dukungan dari Bupati Situbondo saat itu, yakni almarhum Dadang Sugiarto.


“Namun kami baru launching pada tahun 2018 lalu,” tambah dia.


Hal tersebut lantaran wisata yang ada baru siap dikunjungi ketika semua sudah tertata dengan baik. Seperti jogging track yang dibangun Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Setelah menyusuri jembatan kayu akan sampai di pantai dengan panorama yang indah. Di sisi barat terdapat susunan mangrove yang ditanam rapi sampai ke bibir pantai membuat sisi barat terlihat rapih menyatu dengan latar belakang langit dan matahari. Terlebih saat sore hari yang membuat rona merah senja makin memanjakan mata.


Pantai Dubibir dikelola secara gotong royong oleh warga bersama anggota Pokdarwis. Hasilnya, warga mulai mendapatkan manfaat dengan kehadiran destinasi wisata tersebut karena bisa berjualan makanan. Selain itu, kuliner asal Desa Ketah juga terangkat, yakni sebagai penghasil sentra ikan pindang.


“Di sini memang sentra ikan pindang, dijual ke luar daerah seperti Bondowoso,” tandasnya.


Dengan demikian, tidak ada salahnya bagi sejumlah kalangan untuk menjadikan pantai ini sebagai sarana tadabbur alam menyadari keagungan ciptaan Allah SWT. Dan diharapkan pula agar selama berkunjung untuk menjaga kebersihan dan keasrian kawasan setempat. 


Editor:

Jujugan Terbaru