Sidoarjo, NU Online Jatim
Ziarah menjadi tradisi umat muslim yang masih banyak dilaksanakan sampai saat ini. Selain makam wali songo, makam para pendiri dan tokoh NU juga ramai dikunjungi para peziarah. Sebut saja Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Abdul Hamid Pasuruan dan masih banyak lainnya.
Di Sidoarjo sendiri ada beberapa makam para ulama yang perlu diziarahi. Seperti makam KH Ali Mas'ud Buduran, makam aulia sono Buduran, makam masyayikh pesantren Al-Khozini.
Ada pula makam KH Imron Hamzah yang merupakan Rais Syuriyah PBNU Periode 1999-2004 berdasarkan keputusan muktamar Lirboyo. Selama dua periode memegang jabatan yang sama untuk tingkat wilayah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, yaitu pada 1992-1997 dan 1997-2002.
Makam Kiai Imron Hamzah terletak di area Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah, Dusun Ngelom, Desa Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Tentu di makam Kiai Imron Hamzah tidak seramai pedagang di Makam Sunan Ampel atau Tubuireng Jombang.
Di area makam hanya ada orang yang berjualan es kemasan. Namun di area jalan luar masih banyak orang yang berjualan makanan seperti mie ayam, bakso, soto, nasi campur, dan nasi pecel.
Area parkir di makam KH Imron Hamzah tergolong sempit. Jika membawa sepada motor bisa langsung masuk dan di parkir sebelah selatan masjid yang letaknya di barat makam. Jika membawa mobil juga bisa langsung masuk parkir di area pesantren, namun perkiraan hanya cukup untuk tujuh sampai sepuluh mobil.
Makam Kiai Imron Hamzah tidak jauh dari Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Kantor PWNU Jatim atau Kantor MUI Jatim. Jadi jika sedang di Surabaya mengunjungi tiga tempat tersebut disarankan untuk mampir berziarah ke makam KH Imron Hamzah yang kurang lebih memakan waktu 10 menit.
Sebagai tambahan informasi, KH Imron Hamzah kecil mengawali nyantri ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, bersama kakak tertuanya, KH M Rifa’i. Saat itu, Imron baru berusia 9 tahun. Kemudian ia belajar ke Pesantren Buntet, Cirebon, selama tiga tahun, selanjutnya ia belajar di Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang hingga 1954.
KH Imron Hamzah juga berguru ke Mbah Maksum di Pesantren al-Hidayah, Lasem, Rembang. Setelah itu, ia berpindah-pindah, seperti ke Salatiga (Jawa Tengah) dan Krapyak (Yogyakarta).