• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Kediri Raya

Baritan, Tradisi Masyarakat Blitar Sambut Tahun Baru Hijriyah

Baritan, Tradisi Masyarakat Blitar Sambut Tahun Baru Hijriyah
Tradisi Baritan oleh masyarakat Kabupaten Blitar. (Foto: NOJ/Ahmad Zaqi)
Tradisi Baritan oleh masyarakat Kabupaten Blitar. (Foto: NOJ/Ahmad Zaqi)

Blitar, NU Online Jatim

Sabtu (30/07/2022) Nahdliyin dan muslim di seluruh Indonesia merayakan tahun baru hijriyah 1444 Hijriyah. Hal tersebut berdasarkan ikhbar dari Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) tentang penetapan awal bulan Muharram 1444 Hijriyah pada Jumat, (28/07/2022).

 

Dalam menyambut bulan Muharram atau tahun baru bagi umat Islam ini masyarakat memiliki banyak cara dan ciri khas sesuai daerahnya masing-masing. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh masyarakat Blitar yang merayakannya dengan tradisi ‘Baritan’.

 

Baritan merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh sesepuh masyarakat Jawa, utamanya di Blitar dan sekitarnya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka tasyakuran dan ikhtiar untuk menolak bala serta malapetaka. Biasanya Baritan dilaksanakan di setiap perempatan jalan mulai ba’da Ashar hingga Isya dengan melantunkan tahlil dan doa-doa.

 

“Kegiatan Baritan bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Allah agar masyarakat sekitar jalan tersebut terhindar dari musibah dan dilancarkan rezekinya,” terang Ahmad Zaqi, warga Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

 

Uniknya, dalam Baritan ini masyarakat harus membawa ‘Takir Plontang’ yang berjumlah sesuai dengan banyaknya anggota keluarga di rumah. Takir plontang merupakan nasi sepaket dengan lauk pauknya yang diwadahi dengan daun pisang. Tak sekadar nama, takir plontang memiliki makna mendalam.

 

"Takir plontang terbuat dari daun pisang yang menggambarkan kesederhanaan. Sebab wujud syukur itu tidak perlu dengan hal yang mewah, yang terpenting niat ikhlas," ujarnya.

 

Kemudian daun pisang tersebut dibentuk kotak lalu disatukan dengan dua ‘Sodo’ atau lidi, yang bermakna dua kalimat syahadat. Setelah itu di atasnya dibalut dengan janur atau tunas baru daun kelapa.

 

“Dengan harapan segala hajat dan keinginan dapat segera tercapai di tahun baru ini,” ungkapnya.

 

Selain itu, istilah janur bagi masyarakat jawa yakni ‘Sejatining Nur’ yang berarti cahaya sejati.

 

"Janur memiliki makna bahwasannya setiap manusia membutuhkan cahaya dari Allah dan Rasulullah agar manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk," terangnya.

 

Untuk teknisnya pelaksanaan Baritan, warga mengumpulkan takir dalam satu tempat, kemudian melakukan doa bersama.

 

"Setelah doa usai takir tersebut dibagikan secara acak kepada masyarakat, tidak boleh memilih dan harus diterima dengan senang hati," pungkasnya.


Kediri Raya Terbaru