• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Kediri Raya

1 ABAD NU

Sekilas Pesantren Lirboyo, Tuan Rumah Puncak 1 Abad dan PWNU Jatim Award

Sekilas Pesantren Lirboyo, Tuan Rumah Puncak 1 Abad dan PWNU Jatim Award
Pintu gerbang Pesantren Lirboyo, tuan rumah puncak 1 abad NU dan PWNU Jatim Award. (Foto: NOJ/TOL)
Pintu gerbang Pesantren Lirboyo, tuan rumah puncak 1 abad NU dan PWNU Jatim Award. (Foto: NOJ/TOL)

Kediri, NU Online Jatim

Sejak pagi hingga malam pada Sabtu (18/03/2023) ini, Pondok Pesantren Hidayatul Mudtadiien Lirboyo Kota Kediri menjadi pusat perhatian. Karena ribuan warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin memadati pesantren ini seiring puncak peringatan 1 abad NU dan PWNU Jatim Award.


Sejumlah kiai dan ulama, pengurus NU dan Nahdliyin dari berbagai kawasan di Jawa Timur berkumpul di pesantren yang lebih akrab disebut Pesantren Lirboyo tersebut. Apalagi pesantren merupakan salah satu ikon kota yang familier disebut Kota Tahu sebagai pusat penyebaran agama Islam, hingga mencetak santri maupun santriwati yang mumpuni di bidangnya.


Berdasarkan sejumlah data, bahwa Pesantren Lirboyo berdiri sejak tahun 1910. Sehingga pada tahun ini, pesantren telah memasuki usia ke 113 tahun. Dan sembari menyaksikan gelaran acara tersebut, ada baiknya menyimak sekilas pesantren yang didirikan oleh alamghfurlah KH Abdul Karim ini.


KH Abdul Karim adalah ulama dari Magelang, Jawa Tengah dan sebelum mendirikan Pondok Pesantren Lirboyo, nyantri terlebih dahulu di Syaichona Kholil Bangkalan dan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Pada tahun 1954, KH Abdul Karim wafat dan kepengasuhan Pesantren Lirboyo dilanjutkan oleh sejumlah menantunya yaitu KH Marzuqi Dahlan dan KH Mahrus Aly. KH Marzuqi Dahlan wafat pada tahun 1975 dan KH Mahrus Ali wafat pada tahun 1985.


Seiring wafatnya Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo tersebut, tongkat estafet akhirnya dipegang KH Idris Marzuqi. Sampai akhirnya wafat pada tahun 2014 lalu. Dan sejak itu, pesantren diasuh oleh Romo KHM Anwar Manshur dan KH Abdulloh Kafabihi Mahrus, dengan dibantu seluruh dzurriyah KH Abdul Karim yang ada.


Saat ini, Pondok Pesantren Lirboyo mendidik kurang lebih 43.600 santri putra putri yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Yang membanggakan, mereka juga berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.


Mayoritas santri Lirboyo mengikuti pendidikan salaf yang fokus pada tafaqquh fiddin mulai jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah, dan ma’had aly. Di samping itu, di Pesantren Lirboyo juga terdapat sekolah formal yakni SMP dan SMA, juga tsanawiyah maupun aliyah, serta perguruan tinggi yakni Universitas Tri Bakti.


“Alhamdulillah, selama pandemi kemarin malah menjadikan berkah dan kegiatan pembelajaran lebih baik. Karena, anak-anak tidak boleh pulang. Dari sini, hubungan kita dengan alumni juga semakin meningkat karena selama pandemi itu banyak hal yang harus dijalin atau kerjasama dengan alumni,” kata KH Oing Abdul Muid Shohib, pengasuh sekaligus humas Pesantren Lirboyo seperti dilansir duta.co.


Kiai yang akrab disapa Gus Muid ini menjelaskan bahwa  secara peningkatan jumlah santri sangat luar biasa. Dari sensus santri terakhir, jumlahnya berkisar 43.600, meliputi pondok induk dan juga beberapa pondok cabang.


“Dari jumlah ini, memang santri masih didominasi dari wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Sumatra, Kalimantan hingga Sulawesi,” urai Gus Muid.


Gus Muid juga menjabarkan, dengan usia yang mencapai 113 tahun, pihaknya merasa bersyukur atas capaian yang diraih. Yakni apresiasi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berupa penganugerahan pesantren yang berumur satu abad lebih.


“Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dari PBNU. Semoga, ini menjadi motivasi untuk terus istikamah, taklim dan takdim, sehingga bisa menghasilkan output santri yang bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ucapnya.


Ketika disinggung menjelang pesta demokrasi 2024, Gus Muid, menyatakan, Pesantren Lirboyo tetap mengedepankan politik kebangsaan bukan politik praktis.


“Pastinya berbicara tentang pesta demokrasi, pesantren tetap netral dan lebih fokus dalam mencetak santri agar bermanfaat bagi bangsa dan negara,” tutupnya.


Sebelumnya diwartakan sejumlah rangkaian 1 abad NU di Jawa Timur digelar mulai 9 bulan lalu. Diawali dengan mujahadah kubra di Ponorogo, Tupal Fashion Night di Surabaya, halaqah di Ploso dan Genggong, SCNC di Jatim Expo, Muskerwil di Nganjuk, apel kader di Gresik, Porseni di Solo serta PWNU bershalawat di Sidogiri.


Kegiatan hari ini juga diramaikan dengan expo yang terbuka untuk umum. Pada acara yang dibuka sejak pagi hingga sore tersebut menampilkan produk unggulan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jatim. Sedangkan malam hari yakni penutupan sekaligus puncak PWNU Jatim Award.


Editor:

Kediri Raya Terbaru