• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Kediri Raya

Tips Ngonten Ala Habib Husein Ja'far untuk Santri

Tips Ngonten Ala Habib Husein Ja'far untuk Santri
Habib Husein Ja’far Al Hadar. (Foto: NOJ/santri mengaji)
Habib Husein Ja’far Al Hadar. (Foto: NOJ/santri mengaji)

Kediri, NU Online Jatim

Tak jarang santri menjadi konten kreator untuk mewarnai jagad media sosial (medsos). Namun acapkali masih belum bisa sepadan dengan yang lain karena jumlah viewer yang masih minim. Pendakwah milenial Habib Husein Ja'far Al Hadar membagikan tips kepada santri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri agar konten menarik dan disukai banyak orang.

 

Tips tersebut ia berikan pasca menemani lawatan bersama rombongan Habib Jindan bin Novel.

 

"Kita yakin bahwa santri Lirboyo ini sangat cakap dalam urusan teks atau yang disebut sebagai turots atau kitab kuning. Terkait dengan dakwah kepada orang lain, itu yang dibutuhkan bukan sekedar kecakapan dalam teks tetapi juga kecakapan dalam konteks," ungkap Habib Ja'far dikutip melalui kanal YouTube Santri Mengaji, Kamis (14/06/2023).

 

Habib yang pernah nyantri di Bangil Pasuruan ini mengaku dakwah bisa melalui berbagai macam cara. Salah satunya melalui media sosial, sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan walau satu ayat.

 

Namun, acapkali menurut Habib Ja'far konten kreator santri tidak memahami siapa objek dari dakwah. Sehingga hanya menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan, bukan apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

 

“Apa yang tersampaikan sering kali tidak banyak didengar oleh orang lain, karena tidak memahami dengan siapa mereka berbicara. Sehingga kita harus memahami bahwa konteks itu adalah bahasa dan penampilan. Penampilannya saya sampai bela-belain jadi habib swasta ini kan karena mempertimbangkan konteks," bebernya sambil tertawa lirih.

 

Tak hanya itu, Habib Ja'far juga menyoroti perihal tema yang dipilih santri dalam membuat sebuah konten. Tak banyak santri yang membahas tema kesadaran ekologi dalam Islam. Kemudian kesehatan mental dalam Islam, hingga tema-tema umum yang ditarik dalam prespektif Islam.

 

"Konteks itu penting, bukan hanya teks. Di dalam pesantren agak sulit memahami konteks dan pasti butuh jam terbang. Untuk itu perlu disadari dari awal, saya belajar public speaking sampai trend berpakaian," jelasnya.

 

Lulusan Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini melanjutkan tips selanjutnya bagi konten kreator santri adalah kreatifitas. Tuntunan yang tidak dikemas sebagai tontonan tidak akan banyak yang tertarik jika tidak ada sentuan kreatifitas.

 

“Saya pernah merasakan awal berdakwah di medsos hanya sedikit yang melihat. Tak patah semangat, saya lantas merubah dengan sebuah komedi. Lambat laun, komedi tersebut menyelipkan nilai-nilai tuntunan yang ada di dalam agama Islam,” terangnya.

 

Tips selanjutnya, adalah wawasan. Misalnya berupa filsafat, metodologi hingga public speaking yang bagus.

 

"Kreativitas dan wawasan tidak bisa dipisahkan, dan pada akhirnya semua itu harus berbasis pada imajinasi," paparnya.

 

Habib kelahiran Bondowoso ini mengungkapkan bahwa santri masih berkutat dengan isu-isu perbedaan hukum antar ulama. Mulai maulid nabi, doa qunut, shalat tarawih dan seterusnya. Padahal, orang di luar santri tidak menginginkan konten tersebut. Justru yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bisa menyasar kalangan muda.

 

Habib Ja'far menuturkan populasi pemuda mencapai 63 persen, dan yang menjadi santri hanya di angka 1,4 persen. Sehingga konten yang dibutuhkan oleh pemuda yang bukan santri tersebut bisa diambil oleh santri dengan tema sesuai konteks kekinian dalam prespektif Islam.

 

"Kita di medsos hanya terjebak di ikhtilaf santri itu saja, doa qunut, maulid nabi dan lain-lain. Padahal banyak topik umum yang dibutuhkan dan perlu ulasan dari kaum santri," tandasnya.


Kediri Raya Terbaru