• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Berharap Syafa'at dari Al-Qur’an, Ini yang Harus Diperhatikan

Berharap Syafa'at dari Al-Qur’an, Ini yang Harus Diperhatikan
Membaca Al-Qur'an dengan khusyuk dapat menerangi hati (Foto:NOJ/nujummisriyah)
Membaca Al-Qur'an dengan khusyuk dapat menerangi hati (Foto:NOJ/nujummisriyah)

Baru saja publik dikejutkan dengan tingkah laku oknum artis bertelanjang dada di atas panggung dan mengajak penonton membaca al-fatihah bersama-sama. Kelakuan ganjil ini menuai kontra, karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang seharusnya dibaca dengan cara yang mulia. Bukan dengan bertelanjang dada di hadapan publik.


Syekh Ali bin Muhammad Ad-Dhabba' (wafat 1380 H / 1961 M), qari Al-Qur'an asal Mesir menyatakan hendaknya orang yang hadir dalam majelis Al-Qur'an menghindarkan diri dari tertawa-tertawa, bisik-bisik, dan berbicara kecuali pembicaraan yang sangat diperlukan. Hal ini karena mengikuti etika Al-Qur'an: 


 وَإِذا قُرِىءَ القُرآنُ فَاِستَمِعوا لَهُ وَأَنصِتوا لَعَلَّكُم تُرحَمون
 

Artinya: Dan ketika Al-Qur'an dibaca, maka dengarkanlah secara fokus dan diamlah. Semoga kalian dirahmati.” (QS Al-A'raf: 204).
 

Syekh Atiyyah Qabil Nashr dalam kitab Ghayatul Murid fi ilmi Tajwid halaman 14 mengatakan:
 

ينبغي على قارئ القرآن أن يتأدب بالآداب التالية: أن يستقبل القبلة ما أمكنه ذلك،  أن يَسْتَاكَ تطهيرًا وتعظيمًا للقرآن، أن يكون طاهرًا من الحدثين، أن يكون نظيف الثوب والبدن، أن يقرأ في خشوع وتفكر وتدبر، أن يكون قلبُه حاضرًا؛ فيتأثر بما يقرأ تاركًا حديث النفس وأهواءها، يستحب له أن يبكي مع القراءة فإن لم يبكِ يتباكى، أن يزين قراءته ويُحَسِّنَ صوتَه بها، وإن لم يكن حسن الصوت حسنه ما استطاع بحيث لا يخرج به إلى حد التمطيط، أن يتأدب عند تلاوة القرآن الكريم، فلا يضحك، ولا يعبث ولا ينظر إلى ما يلهي بل يتدبر ويتذكر


Artinya: Bagi pembaca Al-Qur’an sebaiknya memiliki etika sebagai berikut: Diupayakan menghadap kiblat, tempatnya suci dan memuliakan Al-Quran, suci dari hadats kecil dan hadats besar, tubuh dan pakaiannya bersih, khusyuk dan memahami maknanya, menghadirkan Al-Quran dalam hati sehingga memberikan dampak positif dan meninggalkan bisikan hawa nafsu, membaca al-Quran dengan menangis, atau meneteskan air mata, membaguskan bacaan dan suara ketika membaca al-Quran,  tidak tertawa, tidak bermain-main, tidak mengalihkan perhatian pada sesuatu yang sia-sia, akan tetapi memahami makna dan berfikir.
 

Membaca Al-Qur’an itu sangat baik, akan tetapi harus memperhatikan situasi kondisi dan tempatnya. Sebab ada beberapa ketentuan yang tidak boleh dilanggar begitu saja. Misalnya membaca al-Qur’an di dalam kakus, buang hajat, berada di tempat maksiat.
 

Kejadian oknum artis yang bertelanjang dada sembari membaca Al-Qur’an itu jelas menyalahi etika membaca Al-Qur’an, dan tidak memuliakan al-Qur’an, bahkan orang itu termasuk suul adab. Melakukan hal-hal yang tidak pantas ketika Al-Qur'an dibaca, justru mengkhawatirkan akan masuk pada hal yang haram, atau bahkan menyebabkan kekufuran, karena memenuhi unsur meremehkan atau menistakan Al-Qur'an.
 

Syekh Muhammad bin Salim bin Sa'id Babashil As-Syafi'i menjelaskan: 
 

ومنها الاستهانة بما عظم الله والتصغير لما عظم الله من  طاعة أو معصية  أو قرآن أو علم أو جنة أو نار فكل ذلك من المعاصي الموبقات المهلكات بل بعضها إذا قصد به الاستهزاء يجر إلى الكفر، والعياذ بالله من ذلك
 

Artinya: Di antara maksiat hati adalah menganggap enteng atau biasa terhadap sesuatu yang diagungkan oleh Allah, dan menganggap kecil pada hal-hal yang diagungkan oleh Allah, seperti ketaatan, maksiat, Al-Qur'an, ilmu syariat, surga atau neraka. Semua hal itu termasuk maksiat yang membinasakan dan menghancurkan. Bahkan sebagiannya ketika dilakukan dengan tujuan menertawakan atau menghinanya maka bisa menyeret pelakunya kepada kekufuran. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari semua itu. (Muhammad bin Salim bin Sa'id Babashil As-Syafi'i, Is'adur Rafiq wa Bughyatut Tashdiq, [Al-Haramain], juz II, halaman 56).

Walhasil, oknum yang disebutkan dalam hadis di atas, tentu jauh dari apa yang telah disabdakan Rasulullah terkait syafaat Al-Qur'an:
 

عن أبي أمامة الباهلي رضي الله عنه قال سمعت رسول صلى الله عليه وسلم : يقول اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
 

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: Bacalah al-Qur’an karena akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya (HR.Muslim)
 

Hadis ini menjelaskan keutamaan Al-Qur’an berupa memberikan syafaat kepada orang yang membacanya. Tentu dengan disertai akhlaq untuk memuliakan Al-Qur’an, mengagungkannya, bukan suul adab kepadanya. Ringkasnya, bagaimana mungkin seseorang mendapatkan syafaat Al-Qur’an jikalau tidak memiliki etika kepada Al-Qur’an.


Editor:

Keislaman Terbaru