• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Keislaman

Cekcok Masalah Pagar, Begini Etika Bertetangga dalam Islam

Cekcok Masalah Pagar, Begini Etika Bertetangga dalam Islam
Islam memberikan panduan sebagai etika dalam bertetangga. (Foto: NOJ/NU Network)
Islam memberikan panduan sebagai etika dalam bertetangga. (Foto: NOJ/NU Network)

Saat ini sedang ramai dibicarakan konflik antartetangga. Kejadiannya di Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Sang tetangga membangun tembok, akan tetapi menutup akses jalan dari rumah warga sebelahnya. Bagaimana Islam mengatur etika bertetangga?


Dalam Islam, tetangga memiliki sejumlah hak tertentu sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits. Seperti hak untuk mendapatkan rasa aman dari gangguan dan sebagainya. Selain itu, ada sejumlah adab bagi tetangga sebagaimana disebutkan Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Dîn dalam Majmû'ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman: 444) sebagai berikut: 


   آداب الجار: ابتداؤه بالسلام، ولا يطيل معه الكلام، ولا يكثر عليه السؤال، ويعوده في مرضه، ويعزيه في مصيبته، ويهنيه في فرحه، ويتلطف لولده و عبده في الكلام، ويصفح عن زلته، ومعاتبته برفق عند هفوته، ويغض عن حرمته، ويعينه عند صرخته، ولا يديم النظر إلى خادمته


Artinya: Adab bertetangga, yakni mendahului berucap salam, tidak lama-lama berbicara, tidak banyak bertanya, menjenguk yang sakit, berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah, ikut bergembira atas kegembiraannya, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kesalahan ucap, menegur secara halus ketika berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya, memberikan pertolongan ketika diperlukan, tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.   


Dari kutipan di atas, dapat diuraikan kedua belas adab bertetangga sebagai berikut:    


1. Mendahului Menyampaikan Salam 
Orang-orang yang bertetangga dianjurkan saling menyapa ketika bertemu dengan mengucapkan salam. Tentu saja pihak yang mendahului mengucapkan salam secara akhlak lebih baik dan karenanya mendapatkan kebaikan yang lebih banyak.    


2. Berbicara Sekadarnya 
Hidup bertetangga tidak bisa lepas dari berbicara satu sama lain. Namun pembicaraan itu sebaiknya tidak kelewat lama. Hal ini demi kebaikan seperti menghindari ghibah atau menggunjing pihak lain yang bisa menimbulkan fitnah dan sebagainya.    


3. Tidak Banyak Bertanya 
Mengajukan pertanyaan seperti: Mau kemana, merupakan salah satu cara menyapa yang sudah umum. Jika pertanyaan tersebut dijawab: Mau ke pasar, maka tidak harus diajukan lagi pertanyaan yang lebih detail seperti: Mau beli apa?, sebab hal ini bisa berarti terlalu ingin mengetahui urusan orang lain. Cukuplah diikuti dengan ungkapan: Silakan atau dalam bahasa Jawa: Monggo, nderekaken.    


4. Menjenguk yang Sakit
Ketika tetangga ada yang sakit, ia berhak dikunjungi. Artinya, tetangga yang tidak sakit berkewajiban mengunjunginya tanpa memandang status sosial pihak yang sakit. Bertetangga pada dasarnya adalah berteman sehingga kesetaraan di antara mereka harus dijaga dengan baik.     


5. Berbela Sungkawa kepada yang Tertimpa Musibah
Seorang tetangga juga berhak dikunjungi ketika sedang tertimpa musibah terutama kematian anggota keluarganya. Hal yang sebaiknya dilakukan dalam kunjungan takziah adalah ikut berbela sungkawa dengan menunjukkan rasa duka dan mendoakan kebaikan terutama bagi si mayit dan keluarga yang ditinggalkan.    


6. Bersuka Cita atas Kegembiraan 
Tidak sebaiknya seseorang merasa tidak senang atas keberhasilan tetangganya disebabkan iri. Hal yang justru dianjurkan adalah saling mengucapkan selamat atas keberhasilan sesama tangga. Dengan cara ini perasaan iri atas keberhasilan tetangga bisa dihindarkan dan pertemanan sesama tetangga dapat terjaga.    


7. Berbicara dengan Lembut 
Terutama kepada anak-anak tetangga dan pembantunya. Hal itu karena mereka merupakan kelompok orang lemah secara sosial sehingga hatinya harus dibesarkan. Salah satu caranya adalah dengan menghindari cara bicara yang bisa membuat mereka merasa takut.      


8. Memaafkan Kesalahan Ucap
Memberikan maaf kepada tetangga yang terselip lidah sangat dianjurkan sebab bisa jadi suatu ketika seseorang juga berbuat hal yang sama. Dengan kata lain, saling memaafkan di antara orang-orang yang bertetangga sangat dianjurkan.    


9. Menegur secara Halus 
Menegur tetangga yang berbuat salah adalah baik terutama jika kesalahan itu menyangkut kepentingan orang banyak. Namun demikian teguran itu harus dilakukan dengan cara yang baik sehingga diterima dengan baik. .     


10. Menundukkan Pandangan
Memandang istri orang lain, terutama tetangga, harus dengan pandangan yang minimalis, yakni misalnya dengan menundukkan kepala. Hal ini untuk menghindari fitnah, atau timbulnya godaan-godaan yang bersumber dari setan.    


11. Memberikan Pertolongan
Jika terjadi apa-apa pada seseorang seperti sakit, tertimpa musibah, dan sebagainya, tetanggalah yang lebih dulu mengatahui. Oleh karena itu, menjadi penting memberikan pertolongan segera atas kesulitan yang dialami tetangga.    


12. Tidak Memandang Pembantu Perempuan 
Banyak hal negatif bermula dari pandangan mata. Maka penting untuk meminimalisir pandangan terhadap pembantu perempuan. Posisinya yang lemah rentan terhadap kekerasan oleh orang-orang di sekitarnya.    

  

Demikianlah kedua belas adab bertetangga sebagaimana nasihat Imam al-Ghazali. Jika disarikan, maka kedua belas adab tersebut pada intinya menekankan bahwa hidup bertetangga harus saling menghargai, tolong-menolong dan menjaga keharmonisan. Namun demikian diperlukan sikap hati-hati dalam berinteraksi dengan lawan jenis agar terhindar dari fitnah. 


Keislaman Terbaru