Di antara sifat manusia adalah tidak mudah bersyukur. Padahal, sangat banyak permintaan dan yang diangan akhirnya terwujud sesuai harapan. Pada saat seperti itu sudah selayaknya bersyukur. Ekspresinya dengan memanjatkan doa.
Demikian pula sering kali kita mendapati doa terwujud atau harapan terjadi. Apapun itu, kita dianjurkan untuk bersyukur dan memuji Allah atas permintaan yang terkabul atau harapan yang terwujud. Hal tersebut sebagai bentuk rasa terima kasih atas kurnia yang diterima.
Imam al-Ghazali mengutip doa (tahmid) yang seharusnya dibaca saat permintaan telah terkabul. Hal tersebut sebagaimana tertera dalam kitab Ihya Ulumiddin [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman: 409).
Doa yang dipanjatkan adalah:
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِعِزَّتِهِ وَجَلَالِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Alhamdulillāhil ladzī bi ‘izzatihī wa jalālihī tatimmus shālihātu.
Artinya: Segala puji bagi Allah yang dengan kemuliaan dan kebesaran-Nya kebaikan-kebaikan itu menjadi sempurna.
Sayyid Muhammad az-Zabidi dalam kitab Ithafus Sadatil Muttaqin (syarah Ihya Ulumiddin) mengatakan, hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Sayyidatina Aisyah RA dan Ibnu Majah. (Az-Zabidi, Ithaf, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz v, halaman: 105).
Doa ini, kata Az-Zabidi, merupakan pujian kepada Allah ketika hajat seseorang terkabul. Tentu saja setiap manusia memiliki hajat berbeda, seperti mulai sembuh dari penyakit, proses operasi berjalan lancar, tiba di lokasi tujuan usai perjalanan dengan selamat, atau berbagai hajat lainnya.
Diharapkan dengan membaca doa tersebut, akan semakin banyak pinta yang dijabah oleh Allah SWT. Demikian pula kita tidak termasuk hamba yang ingkar atas nikmat yang diterima. Apalagi sudah diingatkan dalam sebuah ayat bahwa siapa yang bersyukur, maka nikmat yang diberikan tentu akan ditambah. Wallahu a’lam.
