• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Keislaman

Hukum Imam Jamaah Berlama-lama saat Sujud Terakhir

Hukum Imam Jamaah Berlama-lama saat Sujud Terakhir
Tindakan imam memperlama saat sujud terakhir adalah tidak dianjurkan. (Foto: NOJ/KPs)
Tindakan imam memperlama saat sujud terakhir adalah tidak dianjurkan. (Foto: NOJ/KPs)

Pada saat sujud, kita dianjurkan untuk banyak berdoa kepada Allah. Dengan memperbanyak doa itu, sujud kita menjadi tampak lama. Anjuran ini tercatat dalam beberapa kitab hadits sebagai berikut:

 

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

 

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu. (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).

 

Namun demikian, tindakan memperlama durasi sujud untuk diisi dengan banyak doa dipahami oleh ulama sebagai pemberlakuan pada saat shalat sendiri atau shalat sunah yang tidak disyariatkan berjamaah.

 

Adapun pada shalat berjamaah, imam dianjurkan untuk membaca surat-surat pendek al-Qur’an dalam shalat berjamaahnya dan tetap menyempurnakan rukuk, itidal, dan sujud melalui tuma’ninah serta bacaan yang dianjurkan sebagaimana lazimnya.

 

 

Keringanan shalat ini dipesan oleh Rasulullah untuk mereka yang mengimami di tengah banyak orang yang memiliki beragam kondisi pribadinya, mulai dari orang tua, orang lemah, orang sakit, atau orang yang memiliki keperluan lain.

 

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِي النَّاسِ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ ، فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ

 

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Bila salah seorang kamu mengimami orang banyak hendaknya ia meringangkan karena di tengah jamaah terdapat orang dhaif, orang sakit, dan orang yang berhajat (orang lansia pada lain riwayat). Tetapi jika ia melakukan shalat sendiri, bolehlah ia melamakan shalat sesuai kehendaknya. (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

 

Pembahasan ini pernah diangkat oleh KHM Syafi’i Hadzami (Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1994-1999 M) dalam kumpulan fatwanya, Kitab Taudhihul Adillah, juz II, yang kami kutip sebagai berikut: Memang sunnah hukumnya melamakan sujud untuk berdoa di dalamnya karena sujud itu adalah suatu keadaan yang terdekat seorang hamba kepada Tuhannya, tetapi tidak ada takhshish yang menentukannya pada sujud yang terakhir. (KHM Syafi’I Hadzami, Taudhihul Adillah, [Kudus, Menara Kudus: 1982 M], juz II, 134-135).

Akan tetapi bagi imam suatu kaum yang tidak terbatas, atau yang terbatas yang tidak diketahui keridhaan mereka untuk memanjangkan sembahyang, janganlah hendaknya imam melebihkan tasbih dalam sujudnya dari tiga kali, dan tidak sunnah menambahkan doa-doa apapun juga, bahkan hendaklah diperingannya sembahyang itu, untuk mera’ikan makmum yang lemah, yang sakit, yang tua, dan orang-orang yang mempunyai keperluan atau kerja yang mesti diselesaikannya, maka dalam hal ini disunnahkan bagi imam meringankan shalatnya. (KHM Syafi’i Hadzami, 1982 M: II/135).

 

 

Pengamalan untuk memperbanyak doa di waktu sujud agak problematik untuk dipraktikkan dalam shalat berjamaah karena kondisi makmum berbeda-beda. Di samping itu, tidak semua makmum mengerti anjuran doa dan mengetahui bacaan doa apa saja sehingga dapat menimbulkan was-was di hati jamaah, baik diamalkan pada setiap sujud, sujud awal, maupun sujud terakhir.

 

Rasulullah sendiri ketika mengimami memperhatikan jamaah yang menjadi makmumnya agar tidak shalat dalam keadaan was-was karena imam melamakan shalatnya atau salah satu bagian dari shalatnya.

 

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَدْخُلُ الصَّلَاةَ أُرِيدُ إِطَالَتَهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأُخَفِّفُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ بِهِ

 

Artinya: Dari sahabat Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sungguh aku memasuki sebuah shalat, ingin melamakan shalat itu, tetapi aku mendengar tangisan anak kecil, lalu kuringankan shalat itu dari karena beratnya perasaan ibu Karen tangis tersebut. (HR Bukhari dan Muslim).


Editor:

Keislaman Terbaru