• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Keislaman

Hukum Puasa setelah Nisfu Sya’ban

Hukum Puasa setelah Nisfu Sya’ban
Ulama berbeda pendapat terkait hukum puasa sunah setelah nisfu Sya’ban. (Foto: NOJ/NU Network)
Ulama berbeda pendapat terkait hukum puasa sunah setelah nisfu Sya’ban. (Foto: NOJ/NU Network)

Umat Islam sudah memasuki akhir bulan Sya’ban. Hal tersebut dibuktikan dengan telah berakhirnya nisfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban. Dengan demikian, Ramadhan sudah ada di depan mata.


Masalahnya, bagaimana kalau masih akan melakukan puasa di akhir bulan Sya’ban? Berikut keterangan lengkapnya yang dapat digunakan sebagai panduan.


Sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits, Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Pada bulan tersebut terdapat banyak keutamaan dan berbagai macam peristiwa penting. Tidak hanya itu, bulan Sya’ban juga memiliki malam yang istimewa dan penuh berkah, yaitu malam nisfu Sya’ban. Malam nisfu Sya’ban diyakini sebagai malam pengampunan dan penuh keberkahan. Dianjurkan pada malam pertengahan Sya’ban memperbanyak ibadah, doa, dan istighfar.  


Hukum Puasa di Akhir Sya'ban

Setelah malam nisfu Sya’ban, apakah masih ada kesunahan yang bisa kita lakukan? Apakah pada tanggal 16 Sya’ban dan seterusnya masih dianjurkan untuk berpuasa? 


Terkait persoalan ini, ulama berbeda pendapat karena ada satu hadits yang melarang puasa setelah nisfu Sya’ban, dan dalam riwayat al-Bukhari, Nabi juga melarang puasa dua atau tiga hari sebelum Ramadhan. Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan sebagai berikut: 


 قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد 


Artinya: Ulama mazhab Syafii mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa Daud, puasa Senin-Kamis, puasa nadzar, puasa qadha, baik wajib ataupun sunah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari nisfu Sya’ban. Dalil mereka adalah hadits: Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa. Hadits ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif. 


Ulama melarang puasa setelah nisfu Sya’ban dikarenakan pada hari itu dianggap hari syak (ragu), karena sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Khawatirnya, orang yang puasa setelah nisfu Sya’ban tidak sadar kalau dia sudah berada di bulan Ramadhan. Ada juga ulama yang mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban dilarang agar kita bisa menyiapkan tenaga dan kekuatan untuk puasa di bulan Ramadhan. Meskipun dilarang, ulama dari mazhab Syafii pun tetap membolehkan puasa sunah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya. Seperti mengerjakan puasa Senin dan Kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nadzar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar. 


Sementara menurut ulama lain, khususnya selain mazhab Syafii, hadits di atas dianggap lemah dan termasuk hadits munkar, karena ada perawi haditsnya yang bermasalah. Dengan demikian, sebagian ulama tidak melarang puasa setelah nisfhu Sya’ban selama dia mengetahui kapan masuknya awal Ramadhan. 


Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari menyatakan: 


 وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر 


Artinya: Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah nishfu Sya’ban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah nishfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar. 

 


Dengan demikian, ulama berbeda pendapat terkait hukum puasa sunah mutlak setelah nisfu Sya’ban, karena mereka berbeda pendapat dalam memahami dan munghukumi hadits larangan puasa setelah nisfu Sya’ban. Akan tetapi, pada sisi lain, mereka sepakat akan kebolehan puasa sunah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa Senin Kamis, puasa Daud, puasa dahar, dan lain-lain. 


Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarah, qadha puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa nisfu Sya’ban. Wallahu a’lam.


Keislaman Terbaru