• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Masih Berada di Hari Tasyrik, Perhatikan Amalan yang Dianjurkan

Masih Berada di Hari Tasyrik, Perhatikan Amalan yang Dianjurkan
Selama berada di hari tasyrik disarankan untuk melakukan aneka ibadah. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Selama berada di hari tasyrik disarankan untuk melakukan aneka ibadah. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Usai merayakan hari raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah pada hari Kamis (29/06/2023), umat Islam masih akan memasuki hari tasyrik yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dan perlu diketahui bahwa tiga hari tersebut merupakan waktu istimewa untuk ibadah.


Hari tasyrik mendapat keistimewaan untuk ibadah karena pada hari-hari ini merupakan waktu di mana kebanyakan orang lalai. Ini salah satu keutamaan yang terkandung di hari tasyrik. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz II, halaman: 527).

 

Imam Bukhari mengutip hadits keutamaan hari tasyrik sebagai waktu istimewa untuk ibadah yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas RA sebagai berikut:

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ

 

Artinya: Dari sahabat Ibnu Abbas RA, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidak ada amal pada hari-hari ini yang lebih utama daripadanya di hari-hari ini. (HR Bukhari).

 

Adapun ketentuan ibadah di hari tasyrik yakni dilarangnya umat Islam melaksanakan puasa dan dianjurkannya memperbanyak dzikir.

 

Imam Muslim meriwayatkan hadits yang menerangkan tasyrik sebagai hari istimewa untuk makan, minum, dan untuk dzikir:

 

 عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ

 

Artinya: Dari Nubaisyah al-Hudzali ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Hari tasyrik adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari dzikir. (HR Muslim).

 

Hari tasyrik adalah sebutan bagi tiga hari (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah hari nahar (10 Dzulhijjah). Tiga hari itu dinamai demikian karena orang-orang menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar daging pada terik matahari. (Al-Imam an-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, [Kairo, Darul Hadits: 2001 M/1422 H], juz IV, halaman: 273).

 

Aneka Amalan yang Disarankan

Ulama berbeda pendapat perihal amal yang utama pada Hari tasyrik:

 

1. Memperbanyak Takbir

Imam Bukhari meriwayatkan hadits perihal amal pada hari tasyrik. Ia mengutip pandangan Ibnu Abbas RA perihal perintah dzikir pada hari-hari tertentu yang dipahami sebagai hari tasyrik di surat Al-Baqarah ayat 203:

 

 وقال ابنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُواْ اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ أَيَّامُ العَشْرِ والأَيَّامُ المَعْدُوْدَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ وكَانَ ابنُ عُمَرُ وأَبُو هُرَيْرَةَ كَانَا يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أيَّامِ العَشْرِ يُكبِّرَانِ، ويُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيْرِهِمَا وكَبَّرَ مُحَمَّدٌ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَافِلَةِ

 

Artinya: Ibnu Abbas RA mengatakan: Sebutlah nama Allah (dzikirlah) pada hari tertentu. (Surat Al-Baqarah ayat 203). Hari 10 dan hari-hari tertentu adalah hari tasyrik. Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA keluar ke pasar pada hari 10 sambil bertakbir. Orang-orang pun ikut bertakbir karena takbir keduanya. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah shalat sunah. (HR Bukhari).

 

Imam Bukhari dalam bab ini juga mengutip sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah yang bertakbir pada hari tasyrik. Ia juga meriwayatkan Muhammad bin Ali yang bertakbir setelah melaksanakan shalat sunah.

 

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengutip pandangan serupa sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari perihal anjuran takbir selesai shalat. Kali ini ia mengutip pandangan Imam Abu Hanifah perihal pembacaan takbir seusai shalat pada hari tasyrik.

 

 وكان أبو حنيفة يذهب بالتشريق في هذا إلى التكبير في دبر الصلاة

 

Artinya: Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa amal pada hari tasyrik adalah takbir setelah shalat. (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/525).

 

Ibnu Bathal yang juga mensyarahkan Shahih Bukhari mengutip pendapat Mahlab. Menurutnya, amal utama pada hari tasyrik adalah pembacaan takbir sebagaimana lafal takbir yang dianjurkan. Bahkan menurutnya, dzikir takbir pada hari tasyrik lebih utama daripada shalat sunah.

 

 وقال المهلب العمل فى أيام التشريق هو التكبير المسنون، وهو أفضل من صلاة النافلة

 

Artinya: Al-Muhallib mengatakan: Amal pada hari tasyrik adalah pembacaan takbir yang disunahkan. Itu (takbiran) lebih utama dari shalat sunah. (Ibnu Bathal, Syarhu Shahihil Bukhari libni Bathal, [Riyadh, Maktabatur Rusyd: tanpa tahun], juz II, halaman: 561).

 

2. Memperbanyak Tahlil, Tahmid, dan Takbir

Ibnu Hajar al-Asqalani pada akhir pembahasan amal pada hari tasyrik mengutip riwayat hadits yang menganjurkan umat Islam untuk membaca tahlil, tahmid, dan takbir.

 

 وقد وقع في رواية بن عمر من الزيادة في آخره فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ

 

Artinya: Pada riwayat Ibnu Umar ada tambahan kalimat di akhir: Perbanyaklah tahlil, tahmid, dan takbir pada hari tasyrik. (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/529).

 

3. Ibadah Lain yang Disarankan

Al-Asqalani mengutip pendapat Ibnu Abi Jamrah. Menurutnya, Islam tidak menentukan amal atau dzikir tertentu pada hari tasyrik. Menurutnya, amal apapun asal dilakukan pada hari tasyrik tetap lebih utama daripada amal yang sama di luar hari tasyrik.

 

 وقال بن أبي جمرة الحديث دال على أن العمل في أيام التشريق أفضل من العمل في غيره

 

Artinya: Ibnu Abi Jamrah mengatakan: Hadits ini menunjukkan bahwa amal apapun pada hari tasyrik lebih utama daripada amal yang sama di luar hari tasyrik. (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/527).

 

Pada prinsipnya, hari tasyrik memang waktu istimewa untuk ibadah sehingga apapun amal ibadahnya asal dilakukan pada waktu-waktu yang istimewa maka ganjarannya juga istimewa. Hadits riwayat Imam Bukhari di atas menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan waktu-waktu tertentu, sebagaimana Dia mengistimewakan tempat-tempat tertentu.

 

وأن الغاية القصوى فيه بذل النفس لله وفيه تفضيل بعض الأزمنة على بعض كالأمكنة

 

Artinya: Tujuan tertinggi dari hadits ini adalah penghambaan diri sepenuhnya kepada Allah. Hadits ini juga menjadi dalil pengutamaan waktu-waktu tertentu dalam ibadah dibanding waktu lainnya, sebagaimana pengistimewaan tempat-tempat tertentu. (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/528).

 

Wallahu a’lam.


Editor:

Keislaman Terbaru