• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Keislaman

Shalat Idul Adha, Ini yang Perlu Diperhatikan

Shalat Idul Adha, Ini yang Perlu Diperhatikan
Shalat Idul Adha digelar di lapangan (Foto:NOJ/madaninews)
Shalat Idul Adha digelar di lapangan (Foto:NOJ/madaninews)


Bagi umat Islam, Idul Adha adalah hari raya kedua setelah Idul Fitri. Keduanya berbeda dalam persoalan pengurbanannya; Idul Adha berkurban berupa hewan sembelihan, sedangkan Idul Fitri berupa zakat fitrah. Namun keduanya memiliki titik persamaan, yaitu shalat Id dan berbagi.


Shalat Id yang dilaksanakan umat Islam tidak memiliki perbedaan yang signifikan, akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar shalat Idul Adha bisa dilaksanakan bisa meraih kesempurnaan.


Pertama, shalat Idul Adha adalah sunnah menurut pendapat yang sahih. Sedangkan menurut pendapat lain adalah fardhu kifayah, sebagaimana keterangan dari kitab Raudlatut Talibin, 3/70:


كتاب صلاة العيدين هي سنة على الصحيح المنصوص . وعلى الثاني : فرض كفاية . فإن اتفق أهل بلد على تركها ، قوتلوا إن قلنا : فرض كفاية . وإن قلنا : سنة لم يقاتلوا على الأصح


Artinya: Bab Shalat Dua Hari Raya, hukumnya sunnah menurut pendapat yang sahih, sedangkan menurut pendapat lain, hukumnya fardu kifayah. Konsekuensinya apabila mengikuti pendapat ini (fardu kifayah), maka seluruh penduduk yang meninggalkan shalat Id wajib terkena sanksi. Namun apabila hukumnya sunnah, maka tidak mendapatkan sanksi. 


Kedua, pelaksanaan waktu shalat Idul Adha dimulai saat terbitnya matahari. Diutamakan ketika matahari telah naik kira-kira satu tombak dan berakhir ketika matahari bergeser dari tengah langit.


ويدخل وقتها بطلوع الشمس . والأفضل تأخيرها إلى أن ترتفع قدر رمح 


Artinya: Waktu shalat Id adalah keluarnya matahari, namun yang paling utama adalah menunggu ketinggian matahari hingga satu tombak. 


Ketiga, Waktu shalat Id berakhir ketika tergelincirnya matahari


واتفقوا على خروج الوقت بالزوال . قلت : الصحيح 


Artinya: Ulama sepakat berakhirnya waktu shalat Id adalah tergelincirnya matahari (masuk waktu duhur)


Keempat, shalat Id dilaksanakan dengan dua rakaat dengan cara yang sama seperti shalat sunnah lainnya.


فصل في صفة صلاة العيد هي : ركعتان . صفتها في الأركان والسنن والهيآت كغيرها ، وينوي بها صلاة العيد


Artinya: Bab sifat shalat Id, yaitu dilaksanakan dua rakaat seperti yang dilakukan pada shalat sunnah lain, dan niat shalat Id.


Adapun niatnya adalah:


أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالى


Ushalli sunnatan li’idil Adha rak’ataini (makmuman/imaman) lillahi ta’ala


Niat ini bertempat dalam hati disertai dengan mengucapkan takbiratul ihram, kemudian untuk lebih sempurnanya disunnahkan membaca doa iftitah seperti shalat pada umumnya.


Kelima, membaca takbir sebanyak tujuh kali takbir pada rakaat pertama, selain takbiratul ihram dan lima kali takbir pada rakaat kedua, selain takbir saat berdiri dari sujud.


ثم يكبر في الأولى سبع تكبيرات سوى تكبيرة الإحرام والركوع . وفي الثانية خمسا سوى تكبيرة القيام من السجود والهوي إلى الركوع


Artinya: Kemudian membaca takbir tujuh kali pada rakaat pertama, selain takbir ihram dan ruku’. Sedangkan rakaat kedua membaca lima kali, selain takbir berdiri dari sujud dan ruku


Keenam, Disunnahkan berhenti sebentar setiap di antara dua takbir tambahan (setelah takbiratul ihram dan akan ruku’), sekira satu ayat yang tidak panjang juga tidak pendek, lalu membaca takbir, tahmid, tahlil seperti: subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu Allahu akbar. 


قال الأكثرون : يقول : سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر 


Artinya: Mayoritas ulama berpendapat, membaca, subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu wallahu akbar


Sedangkan menurut Imam Shaidalani cukup membaca: 


لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، له الملك وله الحمد بيده الخير وهو على كل شيء قدير


Laa ilaha illalLah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu biyadihil khair wahuwa ala kulli syain qadir.


Kemudian membaca surat al-fatihah dan surat qaf pada rakaat pertama, lalu membaca surat al-qamar pada rakaat kedua atau bisa juga membaca surat al-A'la pada rakaat pertama dan al-Ghasyiyah pada rakaat kedua, keduanya adalah sunnah.


Keislaman Terbaru