• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 3 Mei 2024

Keislaman

Menanti Malam Lailatul Qadar, Baca Doa Ini

Menanti Malam Lailatul Qadar, Baca Doa Ini
Doa sapu jagad. (Foto: NOJ/ISt)
Doa sapu jagad. (Foto: NOJ/ISt)

Umat Islam sangat menantikan kedatangan malam lailatul qadar atau malam seribu bulan di bulan Ramadhan.


Menanti malam yang penuh berkah, kemuliaan, dan kesucian menuntut seorang hamba juga dalam keadaan baik dan suci hatinya setelah menempa dua puluh hari pertama bulan Ramadhan karena menurut sejumlah riwayat, malam lailatul qadar hadir di sepuluh malam terakhir bulan suci tersebut.


Pada hitungan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut, Nabi Muhammad SAW menyambut malam mulia itu dengan mengajarkan kepada umatnya agar melakukan i’tikaf. Walaupun i’tikaf bisa dilakukan kapan saja dan selama apapun.  


Pakar Tafsir Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-Qur’an (1999) menjelaskan, Nabi Muhammad melakukan i’tikaf pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa. Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah: 


 ِرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار


Artinya: wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.


Doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi Muhammad tersebut bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat, tetapi juga untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud.


Artinya daya atau kemampuan untuk mendapatkan kebajikan tersebut. Sebab makna doa itu sendiri mengandung arti permohonan yang disertai usaha.


Terlihat dampak dari doa yang juga dikenal sebagai doa sapu jagat tersebut tidak hanya untuk mendapatkan kebajikan di dunia, tetapi juga bagaimana kebajikan tersebut berlanjut hingga di hari kemudian.
 


Hal ini sesuai dengan hakikat malam lailatul qadar itu sendiri yang kebaikan dan kemuliaannya bersifat tanazzalul (berkesinambungan).


Keislaman Terbaru