• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Mengapa Dianjurkan Mengerjakan Shalat Gerhana Bulan?

Mengapa Dianjurkan Mengerjakan Shalat Gerhana Bulan?
Saat terjadi gerhana bulan, umat Islam disarankan mengerjakan shalat gerhana. (Foto: NOJ/MKr)
Saat terjadi gerhana bulan, umat Islam disarankan mengerjakan shalat gerhana. (Foto: NOJ/MKr)

Bila sesuai prediksi, insyaallah pada Selasa (08/11/2022) petang akan terjadi salah satu peristiwa agung yakni gerhana bulan total. Karenanya Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur terbitkan edaran mengenai perkiraan gerhana bulan total ini pada  Selasa (02/11/2022) lalu. 


Dalam surat bernomor 111/LFNU.II/L/XI/2022 tersebut berisi tiga informasi penting. Pertama, gerhana bulan total diperkirakan akan terjadi pada Selasa, 8 November 2022 dalam hitungan kalender masehi atau 13 Rabi`ul Akhir 1444 berdasarkan perhitungan kalender hijriyah.


Gerhana akan terjadi selama 3 jam 39 menit 49 detik dilihat dari Indonesia dengan perkiraan waktu awal pada pukul 16.09 WIB dan waktu awal gerhana total pada 17.16 WIB. Gerhana total diperkirakan berakhir pada 18.41 WIB dan akan selesai pada 19.49 WIB.


Kedua, menganjurkan kepada seluruh nahdliyyin untuk mendirikan shalat sunah gerhana bulan dan bisa dilaksanakan setelah masuk waktu maghrib.


Ketiga,  mengimbau kepada LFNU di tingat kabupaten dan kota untuk terus bertindak aktif memberikan edukasi pada masyarakat. Juga tetap mengobservasi terjadinya gerhana bulan total untuk kepentingan pengembangan ilmu falak dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.


Yang Dilakukan Rasulullah saat Gerhana 
Sebagian orang menganggap terjadinya gerhana bulan maupun matahari sebagai gejala alam biasa, sebagai peristiwa ilmiah yang bisa dinalar. Gerhana sekadar menjadi tontonan menarik yang bisa disaksikan beramai-ramai bersama keluarga dan handai tolan. Namun bagi yang merasa tunduk kepada keagungan Sang Perncipta, Allah SWT, gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa ada kekuatan Yang Maha Agung di luar batas kemampuan manusia; manusia yang paling merasa paham ilmu alam sekalipun. Mereka yang merasa rendah di hadapan Sang Pencipta akan menadahkan muka, menghadap Allah, mengerjakan shalat secara berjamaah. 


Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan untuk itu dengan bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah, maka apabila kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada Allah, lalu shalatlah sehingga hilang dari kalian gelap, dan bersedekahlah. (HR Bukhari-Muslim) 


Sayyidatuna A’isyah RA bercerita bahwa gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasulullah SAW kemudian beliau shalat bersama para sahabat. Beliau pun berdiri dengan lama, rukuk dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu rukuk dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan shalat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul. (HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Dan para ulama sepakat bahwa shalat gerhana bulan dan matahari adalah sunah dan dilakukan secara berjamaah. 


Berdasarkan redaksi hadits yang pertama di atas, penamaan gerhana matahari dan bulan berbeda, shalat khusuf untuk gerhana bulan dan shalat kusuf untuk gerhana matahari. Imam Maliki dan Syafii berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna A’isyah berpendapat bahwa shalat gerhana dengan dua rakaat dengan dua kali rukuk, berbeda dengan shalat id dan Jumat. 


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni shalat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua kali rukuk, dan dijelaskan oleh Abu Umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih. 


Maka dengan begitu, keistimewaan shalat gernana dibanding dengan shalat sunah lainnya terletak pada bilangan rukuk pada setiap rakaatnya. Apalagi dalam setiap rukuk disunahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama. سُبْحَانِ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ 


Tasbih berarti gerak yang dinamis seperti ketika bulan berotasi (berputar mengelilingi kutubnya) dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat galaksi bima sakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi dan revolusi itu. Maka bertasbihlah! Maha Suci Allah, Yang Maha Agung! 

 

Artikel diambil dariSholat Gerhana


Panduan Shalat Gerhana

Adapun tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut: 
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu dengan mendengarkan edaran dari lembaga falakiyah NU. 


2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi. 


3. Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan: ”Ash-shalatu jamiah.” 


4. Niat melakukan shalat gerhana matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar) bagi imam atau makmum.


 أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى


5. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat. 


6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali rukuk dan dua kali sujud. 


7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat kembali 


8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36 ayat)  dan ar-Rahman (55 ayat), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56 ayat) dan al-Mulk (78 ayat) 


9. Setelah shalat disunahkan untuk berkhutbah.


Keislaman Terbaru