• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Keislaman

Shalat Gerhana Matahari Sendirian? Berikut Panduan Lengkapnya

Shalat Gerhana Matahari Sendirian? Berikut Panduan Lengkapnya
Meski sendirian, shalat sunah gerhana matahari tetap dianjurkan untuk dikerjakan. (Foto: NOJ/LPm)
Meski sendirian, shalat sunah gerhana matahari tetap dianjurkan untuk dikerjakan. (Foto: NOJ/LPm)

Pada hari Kamis (20/04/2023) besok, yakni sekitar pukul 10 pagi akan terjadi gerhana matahari hibrida. Dan salah satu yang disarankan saat terjadi gerhana tersebut yakni shalat sunah. Bila memungkinkan hendaknya shalat sunah tersebut dilakukan dengan berjamaah.


Akan tetapi kalau ternyata tidak bisa melaksanakannya dengan berjamaah, dianjurkan juga dikerjakan sendiri di rumah masing-masing. Pendapat ini dipegang oleh Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki. Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki menyebutkan tata cara shalat gerhana matahari menurut kedua mazhab tersebut.  

 

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari

Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki dalam Ibanatul Ahkam, Syarah Bulughul Maram menyebutkan sebagai berikut:

 

   وقالت الحنفية صلاة الخسوف ركعتان بركوع واحد كبقية النوافل وتصلى فرادى، لأنه خسف القمر مرارا في عهد الرسول ولم ينقل أنه جمع الناس لها فيتضرع كل وحده، وقالت المالكية: ندب لخسوف القمر ركعتان جهرا بقيام وركوع واحد كالنوافل فرادى في المنازل وتكرر الصلاة حتى ينجلي القمر أو يغيب أو يطلع الفجر وكره إيقاعها في المساجد جماعة وفرادى

 

Artinya: Kalangan Hanafi mengatakan, shalat gerhana bulan itu berjumlah dua rakaat dengan satu rukuk pada setiap rakaatnya sebagai shalat sunah lain pada lazimnya, dan dikerjakan secara sendiri-sendiri. Pasalnya, gerhana bulan terjadi berkali-kali di masa Rasulullah SAW tetapi tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasul mengumpulkan orang banyak, tetapi beribadah sendiri. Kalangan Maliki menganjurkan shalat sunah dua rakaat karena fenomena gerhana bulan dengan bacaan jahar (lantang) dengan sekali rukuk pada setiap kali rakaat seperti shalat sunah pada lazimnya, dikerjakan sendiri-sendiri di rumah. Shalat itu dilakukan secara berulang-ulang sampai gerhana bulan selesai, lenyap, atau terbit fajar. Kalangan Maliki menyatakan makruh shalat gerhana bulan di masjid baik berjamaah maupun secara sendiri-sendiri. (Lihat: Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz I, halaman: 114).  

 

Hukum Shalat Gerhana Matahari dan Tata Caranya


Sebelum shalat ada baiknya seseorang melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:

 

   أُصَلِّي سُنَّةَ الكُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى


Ushallî sunnatal kusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.


Artinya: Saya shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah SWT.  

 

Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana matahari sendirian adalah sebagai berikut:

 

1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram


2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati


3. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Qur’an dengan sir (perlahan)


4. Rukuk


5. Itidal


6. Baca ta‘awudz dan surat Al-Fatihah. Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Qur’an dengan sir (perlahan)


7. Rukuk


8. Itidal


9. Sujud pertama


10. Duduk di antara dua sujud


11. Sujud kedua 


12. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua 


13. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama.


14. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir


15. Salam


16. Istighfar dan doa

 


Shalat sendirian ini menjadi alternatif bagi mereka yang tidak sempat menghadiri shalat sunah gerhana secara berjamaah. Wallahu a’lam.


Editor:

Keislaman Terbaru