• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Shalat Tarawih Pilih yang Cepat atau Lambat?

Shalat Tarawih Pilih yang Cepat atau Lambat?
Ilustrasi pelaksanaan shalat Tarawih di bulan Ramadhan. (Foto: NOJ/ ISt)
Ilustrasi pelaksanaan shalat Tarawih di bulan Ramadhan. (Foto: NOJ/ ISt)

Pasca melakukan buka puasa dan shalat Maghrib berjamaah, umat Islam memiliki cara yang berbeda saat melaksanakan Shalat Tarawih. Ada yang senang memilih shalat tarawih yang cepat dan ada pula yang senang shalat tarawih yang lambat. Video yang viral saat ini mempertanyakan sahnya shalat tarawih cepat tersebut.

 

Shalat cepat hukumnya boleh, apalagi shalat sunnah yang dilakukan secara berjamaah. Yang terpenting thuma'ninah atau mengerjakan rukun dengan sempurna dan diam sekadar membaca subhanallah. Menurut mazhab Syafi'i, Hambali, Hanafi, dan Ibn Hajib dari Maliki, thuma'ninah adalah rukun shalat.

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أسوأ الناس سرقة الذي يسرق من صلاته. قالوا: يارسول الله، وكيف يسرق من صلاته؟ قال: لم يتم ركوعها ولا سجودها أوقال: لايقيم صلبه فى الركوع والسجود

 

Artinya: Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari salatnya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari shalat?" Rasulullah berkata, "Dia tidak sempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Ahmad)

 

Selain shalat tarawih yang dikatakan shalat super kilat, muncul pula pendapat netizen tentang shalat tarawih yang super lama. Lalu, apa hukumnya shalat berlama-lama saat berjamaah?

 

Sebenarnya Rasulullah SAW melarang shalat yang lama apabila dilaksanakan dengan banyak orang (berjamaah). Nabi justru menganjurkan orang yang ingin berlama-lama saat shalat untuk dilaksanakan sendirian atau tidak berjamaah.

 

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ذا أم أحدكم الناس فليخفف، فإن فيهم الصغير والكبير، والضعيف والمريض، فإذا صلى فليصل كيف شاء (رواه مسلم)

 

Artinya: Jika kamu mengimami shalat orang banyak, maka hendaknya kamu pendekkan (bacaan), karena di antara makmum ada anak-anak, orang tua, orang yang lemah, dan orang sakit. Kalau shalat sendiri, shalatlah berapa pun lamanya yang kamu inginkan.

 

Suatu hari, Nabi SAW pernah menegur sahabat yang jadi imam shalat lama. Yang pernah ditegur adalah Muadz bin Jabal dengan nada yang marah, karena ia shalat bersama Nabi SAW.

 

Saat Muadz jadi imam shalat, ia membaca surat Al-Baqarah. Akhirnya salah satu seorang makmum keluar dari barisan shaf dan memilih mendirikan shalat sendiri dengan yang lain, memperpendek bacaan dan mempercepat shalatnya.

 

Setelah shalat berjamaah selesai, Muadz yang tahu hal itu menggerutu dan berkata, "Sesungguhnya dia orang munafik." Bahasa Muadz didengar oleh orang yang keluar dari barisan shaf, kemudian melaporkan kepada Nabi SAW.

 

Rasulullah SAW kemudian memanggil Muadz, lalu berkata: "Apakah kamu bikin fitnah wahai Muadz? Beliau mengulangi tiga kali. Was syamsi wadhuaha dan wasabbihisma rabbikal a'la atau yang serupa dengannya." Berikut kisahnya yang tertuang dalam hadits.

 

حَدَّثَنَا جَابِرُبْنُ عَبْدِ الله أَنَّ مُعَاذ بنُ جَبَلٍ رَضِيَ الله عَنْهُ كَانَ يُصَلِّى مَعَ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمه فَيُصَلِّي بِهِم الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ البَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّز رَجُل فَصَلِّى صَلَاة خَفِيْفَة فَبَلَغَ ذلِكَ مُعَاذا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذلِكَ رَجُل فَأَتَي النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُوْلُ الله إِنَّاقَوْم نَعْمَلُ بِأَيْدِيْنَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذا صَلى بِنَا البَارِحَةَ فَقَرَأَ البَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَامُعَاذ أَفَتان أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ رَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّح سْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا (رواه البخاري)

 

Kisah ini dijadikan sandaran oleh ulama agar imam shalat memperhatikan makmumnya.

 

يستدل بهذَا: على أن الإمام إذاطول على المأموم وشق عليه إتمام الصلاة معه؛ لتعبه أو غلبه النعاس عليه أن له أن يقطع صلاته معه، ويكون ذلك عذرا فى قطع الصلاة المفروضة، وفي سقوط الجماعة في هذه الحال، وأنه يجوز أن يصلي لنفسه منفردا في المسجد ثم يذهب. وإن كان الإمام يصلي فيه بالناس (ابن رجب الحنيلي: فتح الباري على شرح البخاري: ج ٦، ص ٢١٢)

 

Hadits ini dijadikan dalil, jika imam shalat memperpanjang bacaannya, dan dapat menyusahkan orang yang bermakmum kepada imam tersebut, karena makmum tersebut capek atau mengantuk, maka makmum tersebut boleh memutuskan shalatnya bersama imam.

 

Diperbolehkan bagi makmum tersebut untuk shalat sendiri (munfarid) di dalam masjid tersebut kemudian pulang walaupun imam masih melakukan shalat jamaah bersama makmum-makmum yang lain. Dalam riwayat lain Sahabat Ibn Abbas biasa shalat dengan gerakan yang cepat.

 

Dengan demikian, disimpulkan bahwa shalat cepat sah dilakukan namun harus tepat bacaan dan ada thuma'ninahnya. Sementara shalat yang lama, makmum bisa memutus shalatnya dan memilih shalat sendiri jika makmum itu capek lantaran bacaan imam panjang sekali.


Keislaman Terbaru