Katib NU Sumenep Jelaskan Kebaikan Menyesuaikan Kebutuhan Zaman
Sabtu, 23 Oktober 2021 | 13:15 WIB

Kiai Muhammad Bahrul Widad saat peringatan maulid Nabi dan hari santri di Batang-Batang, Sumenep. (Foto: NOJ/Deki)
Syaifullah
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
Belakangan ini marak upaya kelompok yang melakukan pengikisan terhadap tradisi Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdiyah. Padahal kebaikan akan terus terbarukan sesuai kebutuhan zaman.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Kiai Muhammad Bahrul Widad, Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep. Materi disampaikan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Istighasah Hari Santri yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Batang-Batang.
“Ambil saja contoh pemushafan Al-Qur'an yang baru dilakukan saat zaman sahabat Ustman bin Affan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bustan III Gapura, Sumenep tersebut, Kamis (21/10).
Contoh lain Abu Bakar memerangi orang yang tidak membayar zakat, padahal Nabi tidak pernah melakukan hal tersebut.
"Kebaikan akan terus berkembang menjadi kebaikan-kebaikan baru," tuturnya.
Apakah Iman Syafii dan para sahabat tidak mencintai Nabi, Kok mereka tidak pernah melakukan maulid?
Mencintai menurutnya banyak versi, diibaratkan menyanyangi seorang kekasih, beda zaman maka akan beda perlakuan.
"Sekarang untuk menyenangkan pasangan kadang harus diajak ke mall. Apakah zaman dahulu saat tidak ada mall harus demikian juga? Itu kan orang-orang yang sempit," jelasnya.
Penulis: Moh Khoirus S
Terpopuler
1
Kisah As'ad, Tukang Cukur Naik Haji Asal Pasuruan
2
Berbagai Keutamaan Kota Makkah dan Madinah, Dua Kota Suci Umat Islam
3
Khutbah Jumat: 7 Etika Menjaga Lisan agar Selamat
4
Pesantren Nurul Ulum Malang Gelar Makesta, Siapkan Kader Unggul-Visioner
5
Bacaan Doa Sunnah Setiba di Kota Makkah
6
Ketua Rijalul Ansor Sidoarjo, Gus Bahron: Kita Patut Bangga Berkhidmat di NU
Terkini
Lihat Semua