• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Ketua PCNU Sumenep: Ranting NU Adalah Akar Pohon yang Lebat

Ketua PCNU Sumenep: Ranting NU Adalah Akar Pohon yang Lebat
Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq saat pelantikan PRNU Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep, Ahad (15/10/2023) malam. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq saat pelantikan PRNU Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep, Ahad (15/10/2023) malam. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep KH A Pandji Taufiq mengatakan, dalam dinamika sosial Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dirinya sepakat bahwa ranting NU diibaratkan akar pohon yang lebat di dalam tanah. Jika sebaliknya, ibarat boneka padi yang mudah digerakkan oleh petani.

 

"Sehebat apapun pengurus di PCNU dan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), bila rantingnya tidak berakar lebat atau anggotanya tidak banyak, maka ranting NU tersebut ibarat boneka padi di sawah yang tak bergerak dan digerakkan oleh petani dari kejauhan," ujarnya saat memberi sambutan di acara pelantikan PRNU Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep, Ahad (15/10/2023) malam.

 

Baginya, Ranting NU adalah tumpuan dan tombokan masyarakat. Pengurus selalu berikhtiar dalam menjelankan roda organisasi dengan kekuatan kemandirian. Tak heran pengurus berusaha menghadirkan gula dan seperangkat alat masak lainnya agar organisasi survive dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

 

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep ini menyebutkan bahwa salah satu rukun NU adalah pengurus dan anggota ranting hadir ke setiap perkumpulan. Yang lebih penting lagi, ada i'anah syahriyah.

 

"Sekadar tahaduts bin nikmah. Setiap rapat PCNU Sumenep, paling banyak yang hadir 20 sampai 25 kiai, baik dari unsur syuriyah dan tanfidziyah. Di momen tersebut ada i'anah syahriyah atau sumbangan yang diperuntukkan kegiatan ke-NU-an. Setiap bulan, paling banyak dapat Rp1.200.00, paling sedikit Rp600.000," ucapnya.

 

Dirinya menegaskan, untuk menjadi warga NU yang kaffah, merealisasikan i'anah syahriyah. Untuk tingkat ranting, sumbangannya jangan terlalu banyak, yang penting istikamah.

 

Diceritakan, dalam sebuah riwayat KH Abdul Muchit Muzadi datang kepada gurunya Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy'ari. Kedatangannya adalah meminta izin untuk masuk NU.

 

"Ternyata Mbah Hasyim melarangnya karena masih kanak-kanak atau posisinya masih sebagai thalabul ilmi di pesantren. Karena salah satu syarat untuk menjadi anggota NU adalah membayar i'anah syahriyah," curahnya.

 

Selain itu, Kiai Pandji mengatakan bahwa salah satu tanda NU hidup di pedesaan adalah badan otonom di tingkat ranting aktif berkegiatan. Seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

 

"Muslimat NU dan Muslimatan itu beda. Muslimat NU adalah banom NU, sedangkan Muslimatan adalah perkumpulannya ibu-ibu," terangnya kepada pengurus yang berkumpul di lembaga pendidikan Islam Afifiyah Pragaan Laok.

 

Ia juga mengajak kepada pengurus ranting NU untuk merekrut para pemuda bergabung di GP Ansor. Karena yang akan melanjutkan tongkat estafet ini adalah kader muda NU.

 

"Di usia saya yang sudah lanjut, termasuk di ranting NU, pastikan ada kader muda yang dipersiapkan untuk menggantikan posisinya kelak. Saat kita demisioner, Ansor lah yang akan melanjutkannya. Yang IPNU dan IPPNU akan menggantikan posisi kakaknya di Ansor," ungkapnya.

 

"Bergegaslah menggelar Musyawarah Kerja (Musker). Programnya tak usah ribet. Minimal memaksimalkan kegiatan kumpulan dan sosial kemasyarakatan. Kemudian mekarkan kumpulan rutin itu sampai ke anak ranting," pintanya.


Madura Terbaru