• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 23 April 2024

Madura

Kisah Ustadz Abdullah, Berkhidmat di NU gara-gara Bermimpi Gus Dur

Kisah Ustadz Abdullah, Berkhidmat di NU gara-gara Bermimpi Gus Dur
FGD yang digelar MWCNU Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Ahad (21/03/2021). (Foto: NOJ/AH)
FGD yang digelar MWCNU Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Ahad (21/03/2021). (Foto: NOJ/AH)

Bangkalan, NU Online Jatim

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Socah, Kabupaten Bangkalan, mengadakan Forum Group Discussion (FGD) guna mengurai problematika yang selama ini terjadi di wilayah kepengurusannya dan dirasa belum kunjung menemukan momentum yang tepat dalam upaya menghadirkan jam’iyah NU kepada para jamaah, Ahad (21/3/2021).

 

Acara forum diskusi kelompok yang digelar di Yayasan Nurul Ikhlas Al-Barokah Desa Keleyan Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, ini dihadiri sedikitnya 41 pengurus baik dari jajaran syuriyah, tanfidziyah, dan lembaga-lembaga serta beberapa badan otonom seluruh ranting MWCNU setempat.

 

Abdullah selaku Wakil Katib MWCNU Socah yang merupakan tuan rumah diadakannya forum tersebut mengisahkan pengalaman spiritual yang pernah dialaminya. Dalam penuturannya, Ustadz Abdullah telah didatangi Gus Dur di dalam mimpi sebanyak dua kali.

 

“Para kiai, ustadz, sahabat, dan rekan sekalian. Saya ini sebelumnya termasuk pengurus yang kurang aktif, bahkan selama ini saya tidak tahu di jajaran syuriyah MWCNU berada dimana (struktur kepengurusannya, red),” tuturnya dalam mengawali testimoninya.

 

Hingga akhirnya Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan melakukan kunjungan turun ke bawah atau turba, Sabtu (20/7/2019) pada malam harinya.

 

“Selepas jajaran pengurus PCNU pulang, dalam tidurku saya didatangi oleh KH Said Aqil Siradj dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,” kisah Abdullah penuh kesan.

 

Di dalam mimpi, Kiai Said lalu meraih tangan Abdullah dan membawanya ke hadapan Gus Dur.

 

“Gus, ini yang namanya Abdullah itu, Gus,” ucap Abdullah menirukan Kiai Said kepada Gus Dur di dalam mimpinya.

 

Gus Dur pun lantas bertanya, “Dul, kamu NU?.”

 

Abdullah langsung menjawabnya dengan sedikit bergemetar, “Saya sudah NU dari kakek moyangku, Gus.”

 

“Ah masa? Coba sini aku lihat, apa yang kamu bawa itu?” Tanya Gus Dur menunjuk pada sebuah tas yang dibawanya.

 

“Hanya buku tulis dan roti, Gus, saya sehabis dari toko membelinya,” jawab Abdullah tergagap.

 

Setelah dibuka oleh Gus Dur, Abdullah pun terkejut bukan main karena roti-roti dan buku-buku yang telah dibelinya tersebut tiba-tiba bungkusnya terdapat logo NU semua.

 

“Logo NU berlatar hijau itu, persis tidak ada yang keliru. Kok bisa? Padahal sewaktu membelinya itu semua tidak ada,” tanyanya dalam hati mengisahkan.

 

Gus Dur pun menanggapinya, “Oh benar, Abdullah kamu memang NU.”

 

Abdullah pun terbangun dari tidurnya dengan seribu tanda Tanya. Sejak saat itu dia bertekad untuk benar-benar aktif berkhidmat kepada NU dengan segala yang dimilikinya.

 

Kurang lebih tiga bulan kemudian dirinya mendapatkan kunjungan dari sejumlah Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) setempat yang membutuhkan sejumlah dana untuk acara Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) yang akan diadakan.

 

“Ini tidak banyak, semoga sedikit membantu. Silakan diterima,” ucapnya sembari menyodorkan sejumlah nominal uang.

 

Pada malam harinya, Abdullah kembali bermimpi didatangi oleh Gus Dur. Namun, kedatangan Gus Dur kali ini dalam mimpinya tersebut terasa berbeda dari sebelumnya dan sangat berkesan di dalam hatinya karena sewaktu terbangun dirinya terus tersenyum untuk waktu yang tidak sebentar.

 

“Dalam tidurku, saya kembali bermimpi didatangi Gus Dur. Saya diajaknya ke dalam sebuah ruangan dimana di dalamnya para Muassis NU sedang berkumpul, banyak sekali bukan hanya tiga atau empat yang biasa fotonya terpasang di banner kegiatan,” kisah Abdullah sembari tersenyum.

 

Abdullah pun menuturkan jika dirinya diminta oleh Gus Dur untuk menyalami para Muassis satu persatu. Kemudian dirinya menuruti permintaan Gus Dur tersebut.

 

Berselang hampir setahun kemudian, secara tidak sengaja dia bertemu dengan KH Mas Abdul Adhim Kholili Kepang, Bangkalan, di Maqbaroh Syaikhona Kholil. Dan yang semakin membuatnya terheran ketika Mas Abduh, demikian anggota Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri ini disapa, tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada dirinya tentang kabar NU di Socah.

 

Singkat cerita, Abdullah pun lantas menceritakan perihal dua mimpi yang telah dialaminya itu kepada Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tersebut. Mas Abduh pun mentashihnya jika mimpinya tersebut bukan mimpi sembarangan.

 

Sejak saat itu, Abdullah benar-benar memantapkan dirinya dengan penuh keyakinan untuk berkhidmat kepada NU.

 

“Setiap kali ada kegiatan ke-NU-an, saya selalu mengusahakan untuk hadir. Dan selama saya mampu, saya akan membantu kegiatan NU di Socah ini berjalan,” kata Abdullah.

 

Editor: Nur Faishal


Madura Terbaru