• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Madura

LPNU Sumenep Segera Luncurkan Otlet Kulakan Sembako Berbasis Komunitas

LPNU Sumenep Segera Luncurkan Otlet Kulakan Sembako Berbasis Komunitas
Ketua LPNU Sumenep, Kiai Qudsi Wahid. (Foto: NOJ/ Ist)
Ketua LPNU Sumenep, Kiai Qudsi Wahid. (Foto: NOJ/ Ist)

Sumenep, NU Online Jatim

Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Sumenep menggelar silaturahim dengan pengurus harian Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) guna mempersiapkan peluncuran Kulakan Centre: Jaringan Outlook Sembako berbasis Komunitas. Kegiatan tersebut dipusatkan di Kantor PCNU setempat, Selasa (22/03/2022).


Dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq berharap kepada LPNU Sumenep untuk mengangkat produk petani. Hal itu  karena menurutnya Nahdliyin memiliki hutang budi kepada petani.


“Bukan saja saat kita membutuhkan beras saat mengkonsumsi, tetapi petani istiqamah bekerja keras untuk hajat hidup masyarakat meskipun mereka nyaris tidak diuntungkan,” ujarnya dilansir pcnusumenep.or.id pada Kamis (23/03/2022).


Sementara Ketua LPNU Sumenep, Kiai Qudsi Wahid menjelaskan, bahwa kulakan adalah brand sekaligus konsep toko kelontong yang fokus pada produk-produk sembilan bahan pokok (Sembako) dan kebutuhan kegiatan ke-NU-an, seperti hajatan, tahlilan, istighotsah, dan sejenisnya.


Lewat wadah ini, lanjutnya, kegiatan diniyah tersebut tidak terjadi benturan dengan toko kelontong lainnya yang notabene milik warga NU. “Program kulakan dibuat untuk membangun ekosistem perekonomian dalam rangka memenangkan persaingan dan menguasai ujung tombak perekonomian,” terangnya.


Kiai Qudsi menguraikan, konsep kulakukan yang akan ia rilis sangat beragam. Yakni, transaksi berbasis digital, zakat maal 2,5 persen, pengembangan 10 persen, dan wajib bagi hasil antara lain: zakat maal 2,5 persen, fakir miskin 4,5 persen, pengelola 4,5 persen dan pengembangan 10 persen.


Adapun produk untuk outlet kulakan didapat dari konsinyasi. Di mana pemilik barang, khususnya Sembako yang akan disuplay ke kulakan dengan catatan harga, jauh di bawah pasaran.


“Kedua, dari lembaga atau unit usaha yang dimiliki oleh lembaga sudah memiliki modal yang didapat dari unit usaha yang dimilikinya. Bisa dalam bentuk uang,” ungkap alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu.


Tak hanya itu, equity crowdfunding atau investor harus menggalang dana modal dari jamaah internal.


“Memang bukan hal yang mudah, karena membutuhkan kepercayaan penuh. Apalagi masih awal, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Yang terpenting sekarang, bagaimana bisa diakses dengan mudah, transparan, open manajemen dan berbasis teknologi,” tandasnya.


Editor:

Madura Terbaru