• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Madura

Mahasiswa Instika Sumenep Latih Warga Pengolahan Sampah Rumah Tangga

Mahasiswa Instika Sumenep Latih Warga Pengolahan Sampah Rumah Tangga
Pelatihan pengolahan sampah rumah tangga oleh mahasiswa Instika kepada warga Desa Marengan Laok, Kalianget, Sumenep, Rabu (30/08/2023). (Foto: NOJ/ Firdausi)
Pelatihan pengolahan sampah rumah tangga oleh mahasiswa Instika kepada warga Desa Marengan Laok, Kalianget, Sumenep, Rabu (30/08/2023). (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Di penjuru dunia, problem sampah menjadi momok yang menakutkan. Untuk menekan angka persebaran sampah, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integratif Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Sumenep menggelar sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah pada petugas sampah dan warga di balai Desa Marengan Laok, Kalianget, Sumenep, Rabu (30/08/2023) malam.

 

Hadir sebagai narasumber adalah Syaiful Bahri, Sekretaris Laboratorium Sampah UPT Jatian Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa, Guluk-Guluk, Sumenep. Dalam kesempatan itu ia menyebutkan, secara umum sampah dibagi menjadi 2 macam, yaitu organik dan anorganik.

 

“Sampah organik terdiri dari daun, sisa makanan, kotoran, tisu, potongan kayu, dan plastik basah. Sedang sampah anorganik terdiri dari barang rosok, kertas, kardus, plastik kering, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta residu terdiri dari puntung rokok, permen karet, bekas pembalut dan popok,” ujarnya.

 

Ia menjelaskan bahwa sampah organik memiliki bahaya pada polusi udara. Artinya, ketika membakar sampah tersebut maka asap butuh penyaringan yang akan memfilter asap yang semula lebih banyak menjadi lebih sedikit. Sementara anorganik bahaya pada pencemaran lingkungan, merusak keseimbangan ekosistem, dan menyebabkan gangguan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

 

"Jika pihak Pemerintah Desa (Pemdes) memiliki ikhtiar untuk mengelola sampah, langkah yang paling mudah membuat laboratorium sampah. Modalnya ramah di kantong atau tidak menghabiskan jutaan rupiah. Alat-alatnya mudah dijumpai, alamiah, dan tak menggunakan alat teknologi yang canggih," ucapnya.

 

Ia menyebutkan, alat-alatnya terdiri dari bambu, papan blower, pompa air, paku, gergaji, palu, cat untuk membuat keterangan di papan, kompor, tungku pembangkaran, percetakan paving, batu bata, besi cor, plat, genting atau asbes.

 

"Di UPT Jatian, total Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 21 orang yang memiliki tugas yang berbeda-beda. Secara struktural terdiri dari direktur, sekretaris, bendahara, tim pilah 7 orang, tim olah 5 orang, dan tim karbonasi 5 orang," jelasnya.

 

Untuk mekanisme pengelolaannya meliputi 3 tahapan. Pertama, petugas menjemput sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan tempat sampah di setiap sudut pesantren. Kedua, sampah itu dibawa ke laboratorium untuk dipilah. Ketiga, pengolahan sampah.

 

Sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran dan buah-buahan diolah menjadi kompos. Jumlah sampah yang dibutuhkan sebanyak 1,265,00 kilogram (lebih 1 tank).

 

"Sampah anorganik seperti plastik daun, botol minuman, pet, bak, atom, logam, besi, didaur menjadi paving, tas, dan aksesoris. Untuk 2 paving membutuhkan 5 kilogram plastik. Bila ingin memproduksi 1 tikar, butuh 2 kilogram pastik," terangnya.

 

Lamanya produksi tergantung pada pengelola. Di UPT Jatian, butuh 3 bulan dalam mengolah sampah organik menjadi pupuk bubuk, cair dan komposter. Sedangkan non organik membutuhkan setengah bulan lamanya yang diolah menjadi paving, tikar, hiasan kamar, kursi dan meja.

 

Di tempat yang sama, Koordinator Desa (Kordes) Posko 51 Ach Syafi'e menjelaskan, kegiatan ini berangkat dari proposal Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang di ACC oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) kampus serta hasil musyawarah dengan Pemdes.

 

"Di posko 51 jenis KKN tematik lingkungan. Di mana target kami selama 1 bulan adalah warga bisa hidup bersih dan dapat mengelola sampah rumah tangga," ucapnya.

 

Menyikapi hal itu, Kepala Desa Marengan Laok Dasuki Wahyudi menyambut baik program KKN Instika. Menurutnya, kebetulan di tahun ini Pemdes lebih memfokuskan pada problem lingkungan. Ia mengaku berharap besar kepada santri agar memberikan warna baru kepada masyarakat dalam hal pengolahan sampah, selaras dengan program yang dicanangkan dan target desa.

 

"Masalah sampah terbilang cukup pelik. Bahkan desa kami mendapat predikat desa kumuh. Desa bersih adalah target utama Pemdes. Namun masalahnya di SDM dan fasilitas kurang mumpuni," tandasnya.


Madura Terbaru