• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Madura

Masyayikh Pesantren Al-Ibrahimy Minta Rijalul Ansor Dengungkan Hijrah

Masyayikh Pesantren Al-Ibrahimy Minta Rijalul Ansor Dengungkan Hijrah
Kiai Moh Ali Maimun Saedy saat sampaikan mauidhah hasanah. (Foto: NOJ/Firdausi)
Kiai Moh Ali Maimun Saedy saat sampaikan mauidhah hasanah. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim
Dewan Masyayikh Pondok Pesantren Al-Ibrahimy Masaran, Sentol Daya, Pragaan, Sumenep, Kiai Moh Ali Maimun Saedy mengatakan, hijrah dilakukan secara kontinu.


Artinya menjadi pribadi yang lebih baik, karena manusia tidak pernah lepas dari kesalahan, kecuali Rasulullah SAW yang ma'shum.


Pernyataan ini disampaikan saat mengisi tausiyah di acara peringatan 10 Muharram 1445 yang dihelat oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor (MDSRA) Pragaan, Sumenep bertajuk ‘Mamaknai Tahun Baru sebagai Momentum Perubahan Diri: Berbudi Pekerti Baik dan Peduli terhadap Sesama’.


“Yang dimaksud hijrah adalah berubah dari situasi yang buruk menjadi baik. Atau berawal dari yang baik menjadi lebih baik lagi. Hijrah tidak akan selesai hingga kita mati,” ungkapnya sebagaimana dalam
tayangan TVNU Pragaan yang diakses oleh NU Online Jatim, Kamis (03/08/2023).


Menurutnya, Allah mengangkat derajat seseorang melalui kesalahan, sehingga orang itu menyadari atas perbuatannya. Keseringan bertaubat lantaran berbuat maksiat, bisa jadi Allah mengampuni atau menghapus dosa-dosanya.


“Di bulan Muharram, pemuda NU harus mendengungkan hijrah dan jangan sampai mencederai esensinya. Dekatilah orang yang takut berbuat maksiat. Karena orang itu akan mendekatkan kita kepada Allah,” terangnya.


Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri itu mengutarakan, khauf dan raja’ harus seimbang. Dijelaskan, khauf itu khawatir, sedangkan raja’ adalah harapan besar.


“Jangan sampai kita lambat melangkah lantaran khauf. Maknai lah khauf itu seperti sedia payung sebelum hujan. Jujur, kami lebih suka pada ulama yang lebih mendahulukan kabar gembira daripada kabar sedih. Itu yang bisa memompa semangat pemuda Islam agar bisa berhijrah,” tandasnya.


Madura Terbaru