• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Madura

Momen Maulid, Nahdliyin di Sumenep Diajak Menghargai Guru Ngaji

Momen Maulid, Nahdliyin di Sumenep Diajak Menghargai Guru Ngaji
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Takmir Masjid Al-Barakah Dusun Maronggi Laok, Desa Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Takmir Masjid Al-Barakah Dusun Maronggi Laok, Desa Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Kadang seseorang tidak sadar bahwa anaknya bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar karena ada peran guru ngaji atau guru alif. Namun beliau kadang tidak dihargai, sering diremehkan oleh wali santri.

 

Pernyataan ini disampaikan oleh masyayikh Pondok Pesantren Al-Muqri Prenduan KH Muhammad Irfan Umar saat mengisi ceramah agama di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dihelat oleh Takmir Masjid Al-Barakah Dusun Maronggi Laok, Desa Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep, Selasa (26/09/2023) malam.

 

“Apakah wali santri sowan setiap bulan kepada guru ngaji? Paling wali santri sowan 1 kali dalam satu tahun saat memberikan zakat fitrah kepada guru ngaji. Bahkan di atas berasnya tidak ada uang, cukup beras 1 kilogram saja. Ingat, belum tentu bisa wali santri meniru ketelatenan guru ngaji,” ucapnya kepada jamaah yang berkumpul di halaman Masjid Al-Barakah.

 

Menurutnya, berterima kasih kepada guru ngaji. Banyak cara agar wali santri bisa menghargai guru ngaji, misalnya warga petani memberikan hasil buminya, atau warga nelayan memberikan hasil lautnya kepada guru ngaji. Bagaimanapun anak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik lantaran kiai kampung.

 

“Anak dipasrahkan pada guru ngaji secara kaffah, karena waktu dan ilmu orang tuanya terbatas. Coba sekali-kali kalian ke langgar melihat anaknya belajar. Pasti kalian tahu, begitu sulitnya mengajar ngaji. Itulah alasanku mengajak bapak-bapak untuk menghargai orang-orang yang mendidik anak kita. Jika kita lakukan, keberkahan akan datang dan ilmu yang diperoleh anak kita akan nafi’,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Ganding ini.

 

“Setiap momen haflah imtihan, orang tua bisa menghelat acara syukuran saat anaknya khatam Al-Quran. Mereka menyewa kuda kecak, drumband, dan lain sebagainya. Jika dihitung biaya syukuran tersebut menghabiskan 5 jutaan ke atas. Pertanyaannya, kenapa guru ngaji tidak diperhatikan sebagaimana mestinya? Haruskah setiap momen tahunan itu guru ngaji hanya menjadapatkan 100 saja?” imbuhnya.

 

Kiai Irfan menegaskan, jika seseorang ingin dicintai Rasulullah, maka ada 3 hal perkara yang harus dilakukan oleh setiap individu, yaitu mencintai kanjeng Nabi Muhammad SAW, mencintai keluarga nabi, dan membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya.

 

Kemudian ia menyebutkan pangkat manusia terbaik, mulai dari atas hingga ke bawah, antara lain: (1) Rasulullah SAW; (2) Nabi Ibrahim As; (3) Nabi Musa As; (4) Nabi Isa As; (5) Nabi Nuh As; (6) 20 nabi lainnya; (7) khulafaur rasyidin; (8) sahabat nabi lainnya; (9) auliya Allah seperti Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani; (10) ulama atau orang alim yang tak mengharap bayaran.

 

“Mencintai dzurriyah nabi (hubungan darah) memang semestinya dilakukan oleh kita. Tapi mencintai dzurriyah nabi dari sisi ilmu, yakni ulama atau kiai kampung yang tak mengharap bayaran, penting juga bagi kita untuk menghargainya,” tandasnya.


Madura Terbaru