• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 24 Juni 2024

Madura

Tugas Utama Mendidik Anak Sejatinya Orang Tua, bukan Guru

Tugas Utama Mendidik Anak Sejatinya Orang Tua, bukan Guru
KH Muhammad Al Faiz Sakdi saat ceramah di Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura, Sumenep. (Foto: NOJ/ ISt)
KH Muhammad Al Faiz Sakdi saat ceramah di Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura, Sumenep. (Foto: NOJ/ ISt)

Sumenep, NU Online Jatim

Dai Internasional PBNU KH Muhammad Al Faiz Sa'di menyampaikan bahwa tugas utama mendidik anak sejatinya dilakukan orang tua, bukan lembaga pendidikan atau guru. Namun, karena sejumlah pertimbangan orang tua memasrahkannya ke lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, orang tua harus bersinergi atau kerja sama dengan lembaga pendidikan.

 

“Sejatinya, tugas utama mendidik anak ini ada di orang tua. Bukan lembaga (pendidikan). Sehingga perlu ada kerja sama antara orang tua dan lembaga,” ujarnya saat ceramah di acara Haflatul Imtihan dan Hari Ulang Tahun ke-63 Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura, Sumenep, Kamis (13/06/2024) malam.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Jalaluddin Al Rumi, Jatisari, Jenggawa, Jember ini lantas menyebut bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi kepada ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, anak juga dididik agar memiliki adab atau akhlak yang baik.

 

Sebab itu, orang tua harus bekerja sama dengan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun pondok pesantren, untuk mendukung proses belajar anak. Seperti halnya orang tua harus mendukung penuh program kegiatan, peraturan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan di lembaga pendidikan dalam rangka mendidik anak.

 

“Padahal programnya sudah jelas, aturan-aturannya sudah jelas, adab atau akhlak yang harus dilakukan di pondok pesantren sudah jelas. Tapi terkadang yang melanggar bukan santri, melainkan orang tuanya. Dan ini adalah gejala umum yang sering ditemukan di pesantren,” ungkap Kiai Faiz, sapaan lekatnya.

 

Selain itu, kata Kiai Faiz, orang tua hendaknya juga memposisikan anak sebagai sesuatu yang amat berharga. Ia menilai, banyak ditemukan orang tua yang kurang memperhatikan proses belajar anak di sekolah maupun pesantren.

 

“Ini banyak kita temukan. Yang penting sudah mendaftar, sudah bayar, selesai. Para orang tua santri jarang berterima kasih menjalin silaturrahim kepada para guru dan kiai yang sudah mendidik anak-anaknya,” tegasnya.

 

Hal demikian terjadi, menurut Kiai Faiz, bukan karena orang tua tidak menghargai posisi guru di sekolah atau kiai di pesantren yang telah mendidik anaknya. Tetapi karena orang tua tidak memposisikan anak sebagai sesuatu yang amat berharga.

 

“Apalagi guru dan kiai di pesantren sebenarnya tidak butuh penghargaan dari siapa pun. Tetapi orang tua harus memposisikan anak sebagai sesuatu yang berharga dengan cara menjaga hubungan baik dengan para guru dan kiai yang telah mendidik anaknya,” terangnya. 

 

Ia pun mengajak kepada para orang tua untuk senantiasa isiqamah mendoakan anak-anaknya. Sembari terus mendampingi dan mengontrol di setiap perkembangan belajar anak di sekolah maupun pesantren. Hal ini merupakan wujud lain daripada sinergi orang tua dengan lembaga pendidikan.

 

“Anak yang bermasalah bisa jadi akan menjadi jalan menuju Allah, dengan didoakan secara sungguh-sungguh agar masalah yang dihadapinya bisa teratasi,” ungkapnya.

 

Sebagai orang tua, menurut Kiai Faiz, hendaknya tidak berhenti belajar. Bahkan kepada anak sendiri pun, orang tua harus banyak belajar. Hal ini sebagaimana yang disampaikan para ulama bahwa untuk menjadi kekasih Allah SWT, belajarlah kepada anak.

 

“Mereka yang masih kecil, yang suka main, itu sebenarnya banyak memberikan pelajaran penting kepada kita. Anak kecil itu ya kalau bertengkar cepat berdamai, tidak pernah mengeluh dan meratapi nasib,” tandasnya.


Madura Terbaru