• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Matraman

Gus Hammam Pacitan Ingatkan Pentingnya Mendidik Anak

Gus Hammam Pacitan Ingatkan Pentingnya Mendidik Anak
Gus Hamam Pacitan mengingatkan pentingnya mendidik anak. (Foto: NOJ/Kelvin Nuryani)
Gus Hamam Pacitan mengingatkan pentingnya mendidik anak. (Foto: NOJ/Kelvin Nuryani)

Pacitan, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattah, Kikil, Arjosari, Pacitan yakni Gus Hammam Fathulloh HB menyampaikan bahwa mendidik anak sangatlah penting. Dan hal itu dapat dimulai sedari masih dalam kandungan. Bahkan orang tua kalau dianggap gagal dalam mendidik buah hatinya, kelak di akhirat diminta pertanggungan jawab. 

 

“Tidak ada pemberian dari orang tua kepada anak yang lebih utama kecuali adab yang baik. Ketika hak-hak seorang anak tidak dijalankan, maka yang dosa adalah orang tua,” kata Gus Hammam.


Penjelasan ini disampaikannya pada kegiatan halal bihalal yang diselenggarakan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat dan Muslimat NU Kecamatan Kebonagung, Ahad (14/05/2023). Kegiatan dipusatkan di Balai Desa Sidomulyo.

 

Lebih lanjut, kiai yang juga sebagai penata musik Mars Ayo Mondok tersebut menjelaskan bahwa memberikan pengajaran kepada anak dapat dilakukan secara langsung. Dan kalau kemudian anak melakukan apa yang dicontohkan maupun diperintah orang tua, maka bisa menjadi amal jariyah.


“Mengajarkan Al-Fatihah kepada anak kemudian bisa dikuasai, dihafal hingga dilantunkan ketika shalat, maka setiap kali hal tersebut diamalkan kedua orang tua akan mendapatkan pahala,” terangnya.


Namun demikian, untuk dapat memiliki buah hati yang dapat diidamkan harus melalui proses, dan tentu saja hal itu tidak dapat diraih secara instan. Maka yang harus diperhatikan bahwa orang tua hendaknya melewati segala proses dan juga pembiasaan supaya anak memiliki etika yang baik.

 

Dan bila anak telah memiliki perangai terpuji buah dari didikan sabar dan tidak pernah lelah tersebut, nantinya akan menjadi nilai lebih bagi orang tua. Yakni pahala yang dilakukan anak akan terus mengalir selama kebaikan dilakukan.

 

“Kebaikan yang dilalukan anak itu senantiasa abadi dan mengalir terus kepada kedua orang tua,” ungkapnya.

 

Hal lain yang hendaknya diperhatikan orang tua yakni memanfaatkan seoptimal mungkin usia dini sang anak. Lantaran kalau adab dan akhlak terpuji disampaikan berikut dicontohkan ayah dan ibunya, maka akan lebih mudah ditiru. Hal tersebut lantaran sang anak masih polos dan suci.


“Anak kecil itu bagaikan permata. Tetapi jika tidak hati-hati, permata ketika jatuh akan mudah pecah. Sehingga kita harus mengarahkan anak untuk belajar adab yang baik agar nanti lebih mudah diarahkan jika sudah besar,” tegasnya.


Yang turut diingatkannya adalah bahwa apabila anak dibiasakan dengan hal baik, maka hidupnya kelak akan bahagia. Demikian pula pahala akan mengalir kepada kedua orang tuanya, termasuk guru, serta kiainya. Namun sebaliknya, ketika anak diajari dan mendapatkan contoh adab yang buruk, dosanya akan mengalir kepada orang tua dan mereka yang mendukung perangai buruk tersebut.

 

Gus Hammam juga mengingatkan peserta halal bihalal untuk tetap menempatkan diri sebagai santri. Hal yang melekat dari santri adalah bahwa hendaknya taat dan patuh, serta hormat kepada guru.


“Seorang santri selalu ditanamkan bahwa sepintar apapun, harus pandai menghormati kedua orang tua, kiai, serta guru. Karena adab harus didahulukan daripada ilmu,” pungkasnya.

 

Kegiatan juga dihadiri Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kebonagung, Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Barisan Ansor Serbaguna (Banser), serta Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).


Editor:

Matraman Terbaru