• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Malang Raya

Masjid Bungkuk, Saksi Bisu Asal Usul Penyebaran Islam di Malang Raya

Masjid Bungkuk, Saksi Bisu Asal Usul Penyebaran Islam di Malang Raya
Masjid Bungkuk. Foto: Okezone
Masjid Bungkuk. Foto: Okezone

MalangNU Online Jatim

Masjid At - Thohiriyah Bungkuk merupakan saksi bisu berkambangnya Islam di Malang Raya dan sekitarnya. Masjid tertua di Malang Raya ini didirikan oleh KH Hamimuddin atau lebih akrab dikenal Mbah Bungkuk di area Pondok Pesantren Miftahul Falah, Jalan Bungkuk, Pagentan, Singosari, Kabupaten Malang.


Cicit KH Hamimuddin, KH Moensif Nachrowi Thohir menceritakan, Mbah Bungkuk merupakan salah satu Laskar Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa yang singgah di wilayah Singosari, kala itu masih hutan belantara.


“Saat itu, Pangeran Diponegoro berpesan bagi laskar – laskarnya agar menyebarkan agama Islam di mana pun berada. Pesan itu kemudian dilaksanakan oleh Kiai Hamimuddin. Mula – mula Kiai Hamimuddin membangun langgar berupa gubuk di tengah hutan belantara,” kata KH Moensif Nachrowi Thohir kepada NU Online Jatim, Rabu (27/04/2022).


Ia menjelaskan, langgar yang ada tersebut saat ini sudah berubah menjadi masjid yang mengalami beberapa kali renovasi.


“Sejak berdirinya, masjid ini difungsikan sebagai tempat ibadah dan mengajar mengaji di tengah hutan. Saat itu hanya terdapat 2 santri saja,” imbuhnya.


Putra Pendiri NU, KH Nachrowi Thohir tersebut juga mengungkapkan, kehadiran Kiai Hamimuddin beserta langgarnya sempat menjadi perbincangan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Hindu.


“Jadi perbincangan karena cara beribadahnya berbeda, dengan gerakan rukuk dan sujud. Sampai masyarakat sekitar menyebut wilayah ini dengan sebutan Bungkuk,” tambahnya.


Karena penasaran dengan kegiatan dan ajaran Mbah Bungkuk, akhirnya banyak warga yang tertarik untuk mempelajarinya di gubuk tersebut. Seiring perkembangan zaman, santri yang ingin mendalami ajaran agama Islam berdatangan ke Mbah Bungkuk.


“Hingga langgar tersebut direnovasi menjadi bangunan semi permanen, dengan empat pilar kayu penyangga atap masjid. Entah tahun berapa proses renovasinya. Yang pasti status langgar gubuk tersebut kemudian berubah menjadi masjid seiring proses renovasi itu dilakukan," beber salah satu pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.


Mantan Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) tersebut menjelaskan, gubuk – gubuk tersebut dibuat bertujuan sebagai tempat santri agar tidak ketinggalan shalat 5 waktu dan mengaji.


"Seiring berjalannya waktu, gubuk – gubuk itu kemudian menjadi, pondok pesantren dengan nama Miftahul Falah, yang terus aktif sampai saat ini. Jumlah santri mukim saat ini sekitar 60 orang," jelas Kiai Moensif.


Kiai Hamimuddin alias Mbah Bungkuk wafat pada tahun 1850 Masehi dan dimakamkan tepat di belakang Masjid Bungkuk. Sampai saat ini, makam Mbah Bungkuk tidak pernah sepi dari peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.


Sebagai informasi, di area Makam Kiai Hamimuddin juga terdapat makam KH Mohammad Thohir (menantu KH Hamimuddin berasal dari Bangil), Makam Nyai Hj. Fatimah Thohir, dan makam Nyai Hj. Zainab Thohir.


Selain itu ada makam KH Nachrowi Thohir (salah satu muassis NU), makam Nyai Hj Sholichah, makam Nyai Hj Ruqoiyah (Istri KH Nachrowi Thohir), KH Mudjib Anwar, KH Masjkur (Panglima Laskar Sabilillah yang juga tercatat sebagai Pahlawan Nasional), makam Nyai Hj. Fatimah Cholil (Istri KH Masjkur), dan lainnya.


Editor:

Malang Raya Terbaru