• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 23 April 2024

Malang Raya

Santri di Malang segera Terbitkan Buku ‘Tanpa Logika Loe Gila' 

Santri di Malang segera Terbitkan Buku ‘Tanpa Logika Loe Gila' 
Iqbalul Muid bersama dua ustadz yang sedang memegang karya terjemahannya. (Foto: NOJ/02/01) (NUOJ/Madchan J)
Iqbalul Muid bersama dua ustadz yang sedang memegang karya terjemahannya. (Foto: NOJ/02/01) (NUOJ/Madchan J)

Malang, NU Online Jatim
Tidak banyak santri yang produktif di era digital seperti sekarang. Adalah Iqbalul Muid, salah satu santri Pondok Pesantren Luhurian Kepanjen Kabupaten Malang mampu menerjemahkan sekaligus menjadi buku.
 

Yang diterjemahkan adalah kitab 'Muqaddimah fi Ilmi Mantiq' (dasar-dasar ilmu mantiq) karangan Dr Nayif bin Nahar. Usai diterjemah, buku tersebut diberi judul 'Tanpa Logika Loe Gila'.
 

"Untuk proses penulisan atau penerjemahan ini sudah saya lakukan dari setengah tahun lalu," kata Iqbalul Muid saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Ahad (02/01/2022).
 

Latar belakang penerjemahan dan penulisan buku tersebut berawal dari gurunya. Sebab dirinya terjebak disuruh untuk menggantikan jam perkuliahan di salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Malang. Sehingga muncullah ketertarikan untuk membuat sebuah buku dan tersesat di jalan yang benar.
 

"Dari situlah yang membuat saya termotivasi. Karena saya belajar dengan teman-teman mahasiswa sehingga harus menyesuaikan," ungkap alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
 

Setelah menerjemah, Muid sapaan akrabnya merasa ada yang kurang kalau tidak dikoreksi oleh gurunya. Selain merasa ada sesuatu yang kurang sekaligus merasa takut salah. 
 

“Ketika guru saya meminta kembali untuk segera diselesaikan dan dikoreksi, akhirnya saya satu bulan penggarapan selesai,” terangnya.
 

Menurut Muid, penulisan buku 'Tanpa Logika Loe Gila' dirampungkan ketika masa-masa pembangunan pondok pesantren. Proses penyelesaian dilakukan sebelum atau setelah shalat dan makan atau ishoma. Karena waktu yang lain boleh jadi adalah mengaji bersama, kalau tidak begitu membantu pembangunan pondok. 
 

"Waktu luangnya adalah ketika ishoma tersebut, saya gunakan dalam waktu sebulan," imbuh mahasiswa yang dulu aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon 'Perjuangan' Ibnu Aqil UIN Malang tersebut.
 

Selanjutnya, ia menyitir maqalah dari Al-Farabi, ilmuwan muslim juga sebagai sang guru kedua yang telah berhasil mendamaikan logika dan bahasa. Bahwa disampaikan: Logika adalah kunci ilmu, dan kunci mencapai kebahagiaan. 
 

Santri yang juga pernah mondok di Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Kabupaten Malang ini mengungkapkan ketepatan dalam berpikir perlu dipelajari. Sehingga tidak menghayalkannya datang begitu saja dari ruang hampa. 
 

“Tanpa mempelajari cara berpikir yang tepat, manusia akan mudah terjebak ke dalam lubang kesalahan dan kengototan,” jelas dia. 
 

Tentu untuk memahami berbagai aturan main nalar yang tepat nan akurat, tidak didapat dengan sekedar membaca pengantar. Melainkan, harus dituntaskan paragraf demi paragraf, halaman demi halaman, bab demi bab yang tersaji dalam terjemahan di hadapan sang pembaca.
 

Atas terciptanya buku tersebut, dirinya  mempersembahkan dan mengucapkan terima kasih kepada dua guru intelektual dan spiritual. Yakni Abuya Ach Dhofir Zuhry yang telah menyisihkan jadwal padatnya untuk memberi pengantar. Kemudian Gus Ach Khoiron Nafis yyang bersusah payah mengkoreksi dan memberikan endorsemen. 
 

"Mereka berdua dengan ikhlas, telaten meluangkan waktu, tenaga, dan juga doa untuk mendidik dan mengayomi. Semoga Allah membalas kebaikan yang mereka torehkan bertriliun-triliun lipatan," tutup Muid.


Editor:

Malang Raya Terbaru