• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Matraman

Cerita Pelukis Tanpa Tangan Calon Haji dari Madiun yang Membuat Haru

Cerita Pelukis Tanpa Tangan Calon Haji dari Madiun yang Membuat Haru
Agus Yusuf Endang Kresno Raden, tuna daksa dari Madiun yang akan berangkat haji. (Foto: NOJ/greennetwork.id)
Agus Yusuf Endang Kresno Raden, tuna daksa dari Madiun yang akan berangkat haji. (Foto: NOJ/greennetwork.id)

Madiun, NU Online Jatim

Kendati memiliki keterbatasan fisik, Agus Yusuf Endang Kresno Raden (57) tetap bertekad kuat untuk menunaikan ibadah haji. Bagimana tidak? Yang bersangkutan adalah pelukis difabel yakni tuna daksa yang bisa pergi ke Tanah Suci tahun 2023 ini.


Agus yang merupakan pria kelahiran Madiun dan tergabung dalam kelompok terbang atau kloter 15 ini merupakan pelukis difabel. Dalam keseharian menggunakan kaki dan mulut sebagai ganti kedua tangannya. Berkat keahliannya, dipercaya menjadi anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMPFA) yang berpusat di Switzerland (Swiss).


Terkait menunaikan ibadah rukun Islam kelima, disampaikan bahwa memang keinginan mendaftar haji sudah lama dipendam.


“Saat itu anak-anak masih sangat kecil. Yang besar kelahiran 2004, adiknya lahir tahun 2006. Saya baru berani daftar ketika tahun 2011,” kata pria yang juga pernah dua kali melaksanakan umrah tersebut.


Demikian pula, niatan untuk bisa mendaftar tidak pernah surut kendati pernah tertunda lantaran pandemi.


“Saya mendaftar pada tahun 2011 dan sempat tertunda keberangkatan hajinya karena pandemi. Alhamdulillah pada tahun 2016 dan 2018 saya berkesempatan pergi umrah sebelum berangkat haji,” ujarnya di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, akhir Mei lalu.

 

Berkah sebagai Pelukis

Awalnya, secara tak sengaja pada 1989, tetangganya membaca pengumuman di salah satu majalah. Di situ tertulis bahwa ada asosiasi yang membutuhkan pelukis difabel untuk bergabung bersama. Hal tersebut ternyata menjadi pintu masuk memulai karier di AMFPA dari tingkat awal sebagai student member hingga kini di associate member.


“Target saya menjadi full member yang merupakan tingkat tertinggi. Penilaian tiap tingkat berdasarkan bobot kualitas lukisan, ” katanya.


Sejak bergabung AMFPA, Agus mulai melebarkan sayapnya go international. Dia pun ikut beragam pameran lukisan di sejumlah negara mulai Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Tiongkok hingga benua Eropa.


Sebagai anggota AMFPA, jika ada peminat ingin membeli lukisannya, mereka bisa melihat koleksinya melalui website AMFPA.


“Saya setiap tahun setor ke AMFPA sekitar 10 hingga 12 lukisan. Yang saya utamakan adalah kualitasnya, jadi bukan asal lukisan,” kata bapak dua anak ini.


Tak hanya even internasional saja yang diikuti, dia pun sering mengikuti pameran yang ada di dalam negeri.


“Hampir tiap tahun saya ikut pameran di Jatim Expo,” ungkapnya.


Agus bersyukur karena dengan bergabung bersama asosiasi internasional ini dia bisa memperoleh gaji.


“Alhamdulillah dengan gaji tersebut saya bisa menghidupi anak istri. Anak saya yang pertama kuliah di Universitas Airlangga, yang kedua masih di bangku SMA,” tandasnya.


Keberangkatannya ke Tanah Suci memberikan pesan mendalam kepada sejumlah calon haji lainnya selama perjalanan dan tinggal di Asrama Haji Surabaya. Kebanyakan merasa haru bahwa ternyata kalangan yang memiliki keterbatasan fisik memiliki semangat demikian tinggi untuk berangkat haji.


Matraman Terbaru