• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

HAJI

Menabung 30 Tahun, Kakek Tuna Daksa di Pamekasan Akhirnya Naik Haji

Menabung 30 Tahun, Kakek Tuna Daksa di Pamekasan Akhirnya Naik Haji
Marlukat, jamaah haji asal Pamekasan penyandang tuna daksa. (Foto: NOJ/ ISt)
Marlukat, jamaah haji asal Pamekasan penyandang tuna daksa. (Foto: NOJ/ ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Marlukat (87 tahun) merupakan kakek penyandang tuna daksa asal Pamekasan yang ditakdir melaksanakan Ibadah Haji. Ia harus menabung selama 30 tahun lamanya hingga akhirnya dapat menunaikan rukun Islam kelima bersama sang istri, Mani.

 

Marlukat sendiri adalah seorang penyandang tuna daksa. Ia terlahir tanpa telapak kaki dan hanya memiliki jari kelingking dan ibu jari pada tangannya. Meskipun demikian, semangatnya tidak pernah surut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Hal ini terbukti dengan ikhtiar dan perjuangannya menabung selama lebih 30 tahun hingga mengantarkannya ke Tanah Suci. Marlukat dan istri termasuk Jamaah Haji dalam kelompok terbang (kloter) 6 Kabupaten Pamekasan.

 

Ia mengatakan, selama ini dirinya berjualan sebagai pedagang asongan di Ibukota Jakarta. Penghasilan dari usaha pedagang asongan di Jakarta itulah yang mereka sisihkan untuk biaya naik haji.

 

"Kami berjualan di Jakarta bersama istri. Kami telah berada di sana selama lebih dari 30 tahun,” ujarnya dilansir dari surya.com, Selasa (30/05/2023).

 

Marlukat menuturkan, hasil dari berjualan asongan tersebut ia kumpulkan atau ditabung. Dari hasil menabung tersebut kemudian digunakan untuk membeli sawah di tanah kelahirannya, Pamekasan, Madura. Sedikitnya, ada dua petak sawah yang dibeli kala itu.

 

“Kami menabung dan mengumpulkan uang dari hasil penjualan untuk membeli sawah di Madura. Jika tidak membeli sawah, uang tersebut akan habis," jelasnya.

 

Hingga kemudian, di tahun 2015, dua petak sawah hasil kerja keras mereka berdagang asongan di Jakarta dijual. Uang hasil penjualan sawah tersebut kemudian dibuat untuk mendaftar haji di tahun yang sama.

 

"Kami mendaftar haji pada tahun 2015 dari menjual sawah-sawah tersebut," kata Marlukat sumringah.

 

Marlukat masuk dalam daftar penerima kuota khusus haji untuk lansia yang diberikan oleh pemerintah karena usianya yang sudah melebihi 85 tahun. Dengan adanya kuota khusus ini, Marlukat dapat berangkat haji 10 atau 15 tahun lebih cepat.

 

Sehari-hari, Marlukat terbiasa berjalan tanpa alas kaki. Hal tersebut karena kondisi kakinya yang tidak memiliki telapak. Untuk berjalan, ia menggunakan pergelangan kakinya sebagai tumpuan.

 

Meski usia tak lagi muda, Marlukat cukup bersemangat untuk menjalani ibadah haji bersama istri. Bahkan, ia mengaku sudah siap menjalani serangkaian ibadah haji di Tanah Suci.

 

Selama di Tanah Suci, Marlukat telah menyiapkan sepasang sepatu merah yang dilengkapi dengan kaus kaki. Hal ini dilakukan agar pergelangan kakinya yang masih utuh tidak lecet karena cuaca panas di Arab Saudi.

 

"Sebenarnya lebih nyaman tanpa alas kaki, tetapi di sana cuacanya panas. Jadi saya membawa sepatu," tandasnya.


Metropolis Terbaru