Matraman

Ketua Fatayat NU Trenggalek Dorong Kader Jadi Madrasatul Ula bagi Anak

Selasa, 21 Mei 2024 | 08:30 WIB

Ketua Fatayat NU Trenggalek Dorong Kader Jadi Madrasatul Ula bagi Anak

Ketua PC Fatayat NU Trenggalek, Hj Nadhirotul Ulfa. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim

Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Trenggalek di tahun ini genap berusia ke 74 tahun.


Ketua PC Fatayat NU Trenggalek, Hj Nadhirotul Ulfa mendorong seluruh kader untuk menjadi madrasatul ula (pendidikan pertama) bagi sang buah hati hingga mewujudkan ketahanan keluarga. Hari Lahir (Harlah) ke-74 Fatayat NU tahun ini mengambil tema 'Menguat Bersama, Maju Bersama, Untuk Perempuan Indonesia dan Peradaban Dunia'.


Ia mengaku, karakter yang tangguh baik sebagai seorang ibu maupun istri harus mampu membimbing dan mendidik anak melalui mengoptimalkan rumah konsultasi Fatayat NU di tingkat PC, PAC dan Pimpinan Ranting. 


"Karena bagaimanapun ini merupakan ikhtiar para kader untuk semakin menempa dirinya menjadi al madrasatul ula, sehingga mampu untuk saling menguatkan dalam mewujudkan ketahanan keluarga," ujarnya kepada NU Online Jatim, Senin (20/05/2024).


Dirinya menjelaskan, kader Fatayat NU diharapkan bisa lebih peka dan responsif terhadap tantangan dan perkembangan teknologi transformasi digital. Maka yang harus dikuatkan kualitas kader, sehingga program keluarga maslahah merupakan prioritas program.


“Peran domestik dan publik harus bisa seimbang sesuai dengan karakter ke-NU-an yaitu tawazun (keseimbangan). Sekaligus harus punya manajemen self dan konsep diri yang kuat sesuai dengan kodrat yaitu sebagai ibu yang menjalani hamil, melahirkan dan menyusui,” terangnya.


Untuk peran publik harus dibangun dengan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bisa menempa kecerdasan emosional, spiritual dan sosial. Sehingga mempunyai kontribusi dalam memajukan perempuan Indonesia dan peradaban dunia.


"Tidak lupa kita harus bisa merawat kebhinekaan, karena itu aset dan investasi untuk menjaga NKRI. Perempuan muda NU harus saling menghormati dan menghargai, saling menguatkan untuk terbangunnya harmoni," paparnya.


Menurutnya, dalam masyarakat yang majemuk pasti ada sebuah perbedaan. Baik pemikiran, cara pandang, maupun amaliyah, sehingga harus memiliki sifat yang saling menghormati dalam kacamata sebagai warga negara Indonesia.